Ilustrasi. FOTO: dok MI.
Ilustrasi. FOTO: dok MI.

Pengepul Diminta Manfaatkan Sistem Resi Gudang saat Panen Raya

Ilham wibowo • 13 Januari 2020 10:46
Jakarta: Pengepul tengkulak di sektor pertanian diminta untuk bisa memanfaatkan Sistem Resi Gudang (SRG) dalam membantu petani menstabilkan harga saat panen raya tiba. Panen raya di Indonesia diperkirakan jatuh pada awal 2020.
 
Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Tjahya Widayanti mengatakan fasilitas SRG yang asetnya sudah ada di berbagai daerah bisa dimaksimalkan dalam mendorong nilai tambah produk pertanian. Peningkatan pasokan dalam negeri jangka panjang dan ekspor pun bisa dengan mudah dilakukan dengan kepastian stok dan kejelasan jaminan mutu.
 
"Pemerintah berupaya membantu petani menyerap hasil produk pertanian melalui skema SRG. Para petani, pedagang pengepul, dan pengelola gudang SRG diharapkan dapat bersinergi menjaga stabilisasi harga pada saat panen tiba," Tjahya melalui keterangan tertulisnya, Senin, 13 Januari 2020.

Menurut Tjahya, SRG dapat menjadi peluang besar bagi para pedagang pengepul untuk meningkatkan kegiatan bisnisnya. Saat ini, sudah ada 17 komoditi yang dapat disimpan dan dikelola SRG yaitu gabah, beras, jagung, kopi, kakao, lada, karet, rumput laut, rotan, garam, gambir, teh, kopra, timah, bawang merah, ikan, dan pala.
 
"Pedagang pengepul dan petani dapat bekerja sama dengan membentuk kelompok tani (Poktan) atau gabungan kelompok tani (Gapoktan) dan membeli hasil panen anggotanya untuk disimpan di gudang SRG," papar Tjahya.
 
Selanjutnya, resi gudang yang diterbitkan pengelola gudang SRG juga dapat diagunkan di bank untuk mendapatkan pembiayaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pembiayaan yang diperoleh dapat digunakan sebagai modal usaha untuk membeli produk pertanian kembali. Setelah harga membaik, komoditas yang disimpan di gudang SRG dapat dikeluarkan dan dijual kembali.
 
"Dalam skema kerja sama ini, sebagian keuntungan yang diperoleh pedagang pengepul dari selisih harga pembelian dari poktan atau gapoktan dengan harga penjualan pada saat harga tinggi dapat diberikan kembali kepada petani sebagai keuntungan bersama," ungkapnya.
 
Menurut Tjahya, selama ini permasalahan klasik yang dihadapi para petani Indonesia pada umumnya adalah keterikatan dengan sistem ijon. Pada sistem ijon mereka sudah menerima uang dari pedagang pengepul atau pelaku usaha yang kemudian digunakan petani untuk modal kerja atau memenuhi kebutuhan hidup sebelum panen tiba.
 
Sebagai konsekuensinya, petani harus menjual hasil panennya kepada pedagang pengepul dengan harga yang ditentukan pedagang pengepul tersebut. Sehingga petani tidak memiliki posisi tawar yang baik dan tidak bisa menikmati hasil usahanya secara optimal.
 
Meskipun demikian, lanjut Tjahya, keberadaan para tengkulak sulit dan bahkan tidak bisa dihilangkan. Hal ini karena peran dan jasa pengepul membantu petani untuk memperoleh modal kerja dengan cepat. Selain itu, secara psikologis hubungan antara tengkulak dan petani juga sudah sangat dekat.
 
Karenanya, kolaborasi yang adil terus diupayakan untuk meningkatkan peran perdagangan berjangka komoditi dalam meningkatkan perekonomian nasional melalui percepatan dalam implementasi pelaksanaan SRG. Hadirnya SRG diharapkan dapat membantu menjaga ketersediaan pasokan, meningkatkan posisi tawar petani, dan menjaga stabilitas harga pada saat musim panen raya.
 
"Salah satu program yang diangkat Bappebti saat ini adalah peningkatan koordinasi dan kerja sama lintas kementerian/lembaga. Selain itu, kita juga melakukan sosialisasi kebijakan SRG untuk mengoptimalkan pemanfaatan gudang SRG para pelaku usaha, khususnya di sektor pertanian,"
kata Tjahya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan