Ilustrasi. (FOTO: ANTARA/Fanny Octavianus)
Ilustrasi. (FOTO: ANTARA/Fanny Octavianus)

Swasembada Butuh Waktu Panjang

22 Juni 2016 10:40
AMBISI pemerintah mencapai swasembada daging sapi harus diretas melalui jalan panjang. Presiden Joko Widodo memprediksi swasembada daging baru bisa dicapai 9-10 tahun lagi. Hasil itu bisa terwujud bila proses pembibitan sapi unggulan dilakukan secara konsisten.
 
"Itu akan selesai 9-10 tahun karena kita harus menyeleksi mendapatkan sapi-sapi yang mempunyai performa untuk menghasilkan sperma yang nantinya dibagi-bagikan ke industri maupun petani," kata Presiden saat meninjau peternakan sapi di Cibodas, Bogor.
 
Di lokasi itu, Jokowi meninjau proses pembibitan sapi potong berkualitas. Pembibitan itu merupakan program jangka panjang yang diharapkan dapat mengantarkan Indonesia menuju swasembada daging.

Presiden menjelaskan, setiap tahun, pemerintah dan swasta akan memproduksi 2-3 juta bibit unggul pejantan (sperma beku) sapi. Produksi itu akan berjalan selama enam tahun. Dari hulu, bibit sapi unggulan akan memasuki proses hilirisasi yang diperkirakan 3-4 tahun.
 
"Bila proses itu berjalan konsisten, besar kemungkinan Indonesia mempunyai stok cukup untuk swasembada daging sapi. "Tak cuma daging, pemerintah juga optimistis dapat mewujudkan cita-cita swasembada beras dalam waktu dekat. Optimisme itu disampaikan Menteri Perdagangan Thomas Lembong dengan melihat impor beras pada 2015 hanya 1,5 juta ton.
 
"Bandingkan dengan jumlah konsumsi masyarakat Tanah Air yang mencapai 30 juta ton per tahun. Impor kita hanya lima persen. Bisa dikatakan kita sudah swasembada beras 95 persen," ucapnya.
 
Selain itu, Lembong juga menggarisbawahi keseriusan pemerintah saat ini menggalakkan infrastruktur yang mendukung perberasan nasional. "Kita lihat bagaimana program pembangunan waduk saat ini. Saya tidak pernah melihat program pembangunan waduk yang seserius ini."
 
Namun, pengamat pertanian Bustanul Arifin menyebut untuk mencapai swasembada beras banyak hal yang mesti dilakukan. "Salah satunya kita perlu adanya reformasi kelembagaan. (Media Indonesia)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan