Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa Kemenko Maritim, Agung Kuswandono mengatakan, impor garam dilakukan karena garam rakyat tidak bisa memenuhi kebutuhan industri nasional.
"Sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut, perlu dilakukan impor," kata Agung dalam paparannya di acara Focus Group Discussion (FGD) tentang Peningkatan Nilai Tambah dan Inovasi Produk Turunan Komoditas Penggaraman, di Grage Hotel, Cirebon, Selasa 20 Februari 2018.
Agar para petani garam bisa merasakan hasil yang lebih tinggi, Agung meminta para petani garam untuk bisa lebih kreatif. Salah satunya dengan membuat garam spa. Menurut Agung, garam spa ini memiliki nilai yang sangat tinggi. Jauh dibandingkan dengan harga garam biasa.
"Per kilonya bisa mencapai Rp260 ribu. Sangat jauh dibandingkan garam biasa, yang hanya berkisar Rp1.000 - Rp5.000 per kilonya," kata Agung.
Untuk saat ini, produksi garam spa baru dilakulan di dua wilayah, yaitu di Buleleng Bali dan Cirebon. Garam spa ini, sangat diminati oleh sejumlah negara, seperti Asia, Eropa, Amerika dan Australia. Produksi garam spa yang baru dilakukan di dua wilayah tersebut, diharapkan bisa diadopsi diwilayah-wilayah lainnya.
Pemerintah, ujar Agung, berkeyakinan bahwa pengembangan industri garam spa ini akan bisa diwujudkan, tentunya dengan sinergi dan kerja holistik antara berbagai pihak terkait. Pihaknya akan mengajak sejumlah instansi seperti, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Pemerintah Daerah, Swasta dan Tentunya Kemenko Maritim yang diberikan kewenangan sebagai koordinator dan sinkronisator, untuk merealisasikan program ini.
"Kami yakin bisa direalisasikan," kata Agung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News