"Akan lebih baik jika impor dilakukan secara bertahap dan dalam bentuk sediaan. Dengan begitu keberadaannya tidak mengganggu harga ketika panen raya pada Februari dan Maret," kata Kepala Dinas Pertanian, Perikanan, dan Pangan Kabupaten Sleman Heru Saptono, seperti dikutip dari Antara, di Sleman, Rabu, 17 Januari 2018.
Menurut dia, kenaikan harga beras di pasaran memang berkaitan dengan permintaan dan persediaan. Namun kenaikan harga kali ini kemungkinan juga ada permasalahan di rantai distribusi. Saat ini sebagian cadangan pangan di lumbung pangan memang kosong karena harga gabah tinggi sebagian dijual atau dipinjamkan kepada anggota.
"Hanya saja bila beras impor membanjiri saat panen raya nanti maka hal itu justru membahayakan karena harga menjadi sangat fluktuatif," tukasnya.
Ia mengatakan saat ini ketersediaan stok beras di Kabupaten Sleman mencukupi. "Stok beras di penggilingan masih bisa produksi 17 kwintal dengan ketersediaan gabah 72 kwintal setara dengan 60,2 kwintal beras," ungkapnya.
Heru mengatakan produksi beras di dua penggilingan di Sidomoyo dan UD Makmur sebanyak 77,2 kwintal per hari. Pada Januari ini, alokasi panen di wilayah Sleman sekitar 2.600-5.000 hektare dan dinilai mampu menyediakan beras untuk memenuhi konsumsi masyarakat.
"Beras cadangan pangan pemerintah yang dititipkan di KUD Ngemplak saat ini sebanyak 62.832 ton beras. Jadi stok beras mencukupi," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News