"Hitungan harga tersebut, berdasarkan data surat keterangan asal(SKA) di mana dari sebanyak 14 ton diekspor ke negara itu, mampu mendatangkan devisa USD140.000," kata Jenny di Manado, Kamis (30/7/2015).
Jenny mengatakan harga yang ditawarkan pembeli dari Afrika Selatan cukup tinggi dibandingkan harga di pasar dalam negeri.
"Jika kita konversikan ke rupiah dengan kurs saat ini lebih Rp13 ribu, diperkirakan Afrika menawarkan harga biji pala Sulut sebesar Rp130 ribu per kilogram yakni lebih tinggi, jika dibandingkan dengan sesi perdagangan di Kota Manado hanya Rp70 ribu per kg," jelasnya.
Dia mengatakan pada pekan terakhir Juli 2015 pihaknya telah mengekspor biji pala ke Afrika Selatan karena permintaan cukup banyak dari negara tersebut. Harga yang diberikan oleh pembeli dari Afrika Selatan ini cukup tinggi, sehingga harus dimanfaatkan dengan baik oleh petani dan pengekspor di Sulut.
Ekspor pala ke negara tersebut semakin mengokohkan pala sebagai salah satu komoditas penyumbang devisa cukup signifikan bagi Sulut.
"Komoditas biji pala dan bunga pala asal Sulut selain diminati Belanda bahkan negara-negara di Uni Eropa, juga dari Afrika Selatan sejak dulu karena sangat banyak manfaatnya bagi masyarakat, antara lain untuk rempah-rempah karena rasanya yang sangat khas," katanya.
Ia juga mengatakan pala Sulut yang banyak diekspor ke Eropa, Amerika, dan Afrika tersebut, berasal dari Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sangihe, dan Talaud.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News