Ilustrasi (MI/USMAN ISKANDAR)
Ilustrasi (MI/USMAN ISKANDAR)

IKAPPI Ungkap Penyebab Harga Bawang Melambung

Kautsar Widya Prabowo • 26 Juni 2018 13:50
Jakarta: Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) menilai polemik bawang bombay yang dioplos dengan bawang merah dan dijual dengan harga bawang merah terjadi karena adanya disparitas harga yang tinggi mencapai 50 persen. Diharapkan aksi semacam ini bisa ditekan sedemikian rupa agar masyarakat tidak dirugikan.
 
Ketua Umum IKAPPI Abdullah Mansyuri menjelaskan perbedaan harga bawang bombay seharusnya tidak melebih angka Rp20 ribu per kg. Namun sekarang ini, harga bawang merah lokal sudah menyentuh Rp40 ribu per kg.
 
"Harga bawang merah lokal tidak boleh melebihi Rp30 ribu per kg, tapi sekarang sudah tembus Rp38 ribu sampai Rp40 ribu per kg," ujar Abdullah Mansyuri, saat dihubungi Medcom.id, di Jakarta, Selasa, 26 Juni 2018.

Menurutnya kenaikan harga bawang merah lokal sudah terjadi dalam kurun waktu tiga bulan lalu sebelum memasuki bulan suci Ramadan. Ia tidak menampik harga bawang merah lokal sempat turun, tetapi tidak bertahan lama lantaran kembali ke harga Rp38 ribu hingga Rp40 ribu per kg.
 
"Harga bawang yang tinggi disebabkan oleh oknum-oknum yang sengaja memanfaatkan untuk kepentingan pribadi, maka dioplos lah," tukasnya.
 
Selain itu, lanjutnya, terjadinya polemik tersebut diakibatkan minimnya pendataan yang lengkap oleh pemerintah terkait ketersediaan barang dan wilayah distribusi. Ia menilai sulit jika hanya bergantung pada jumlah banyaknya petani menanam bawang.  
 
"Kenapa ini terjadi karena produksi kita belum jelas. Dalam kuartal puasa dan Lebaran itu, kira-kira bawang ada berapa jumlah produksinya dan wilayah produksi di mana saja. Itu harus jelas. Kita hanya melempar pada petani saja," ungkapnya.
 
Lebih lanjut, pihaknya meminta Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mengetahui secara lengkap permintaan dan persediaan mengenai komoditas bawang. Jangan sampai persediaan yang minim diimbangi dengan permintaan yang tinggi yang menyebabkan harga melambung tinggi.
 
"Hilir dan hulunya harus dijaga betul. Kalau ketersediaan tidak lancar sedangkan permintaan tinggi akan berbahaya karena harga pasti akan tidak. Kalau tidak menyiapkan segala sesuatunya bisa timbul masalah," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan