Konferensi Asia Afrika. Antara/Panca Syurkani
Konferensi Asia Afrika. Antara/Panca Syurkani

Populasi Lebih dari 1 M, Afrika Potensial untuk Tujuan Ekspor RI

Widyasari • 23 April 2015 16:19
medcom.id, Jakarta: Direktur Penelitian Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menilai, Benua Afrika yang memiliki populasi lebih dari satu miliar jiwa semestinya dapat menjadi pasar yang sangat potensial bagi produk-produk ekspor Indonesia. Beberapa negara di kawasan tersebut pun mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi dalam beberapa tahun terakhir.
 
"Pelemahan ekonomi di kawasan Amerika dan Eropa semestinya menjadi kesempatan bagi eksportir Indonesia memperluas pasarnya ke kawasan Afrika yang terus mengalami pertumbuhan," kata Faisal dalam keterangan tertulisnya, Kamis (23/4/2015).
 
Low cost green car atau LCGC yang menjadi produk manufaktur andalan baru Indonesia, lanjut Faisal, semestinya sangat cocok dengan kebutuhan negara-negara berpenghasilan menengah-rendah yang sangat banyak terdapat di Afrika. Beberapa produk ekspor andalan lain yang juga bisa ditingkatkan pangsa pasarnya ke Afrika antara lain tekstil, alas kaki, kendaraan, kertas, elektronika, CPO dan produk turunannya.

Dari sisi investasi, Faisal menjelaskan, minimnya investasi yang mengalir ke kawasan Afrika juga menjadi salah satu penyebab lambannya pembangunan ekonomi dan pengentasan kemiskinan di benua tersebut. "Investasi langsung yang mengalir ke Afrika pada 2013, misalnya, hanya 4 persen dari total investasi langsung dunia, sementara yang mengalir ke Asia mencapai 29 persen dari total investasi global," ujar dia.
 
Menurut Faisal, selama ini, negara-negara Eropa masih merupakan investor utama di kawasan tersebut dengan kontribusi sebesar 37 persen dari total proyek pada 2013, disusul oleh negara-negara Timur Tengah yang mencapai 22,8 persen. India, Tiongkok dan Jepang merupakan negara-negara Asia yang cukup banyak melakukan investasi ke benua tersebut dengan kontribusi sebesar 12,6 persen.
 
Adapun, bidang investasi yang menjadi incaran negara-negara investor terutama pada sektor energi (batubara, minyak dan gas), pertambangan dan metal. "Dari Indonesia sendiri, beberapa investor telah hadir di Afrika di sektor migas, makanan dan obat-obatan, namun jumlahnya sangat kecil dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya seperti Jepang, Tiongkok dan India," tukasnya.
 
Sekadar informasi, pekan ini Indonesia menggelar peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) yang dihadiri oleh para petinggi dari 109 negara.
 
Dengan usia KAA yang sudah mencapai 60 tahun, menurut Faisal, sudah saatnya Indonesia mengintensifkan kerja sama ekonomi tidak hanya dengan negara-negara Asia, tetapi khususnya dengan negara-negara Afrika. Selama ini pemanfaatan forum negara-negara Asia – Afrika oleh Indonesia untuk kerja sama perdagangan dan investasi dengan Afrika masih sangat minim. Asia Afrika Summit tahun 2005 yang kemudian menghasilkan New Asia Africa Strategic Partnership (NAASP) dan meliputi kerja sama di berbagai bidang pun, belum kelihatan hasilnya terutama di bidang ekonomi.
 
"Sebagai negara pemrakarsa KAA dengan status salah satu perekonomian terbesar di dunia, semestinya Indonesia mampu memanfaatkan peran yang lebih besar dalam perdagangan dengan negara-negara Afrika. Ironisnya, saat ini justru Tiongkok yang banyak memanfaatkan potensi ekonomi negara-negara di kawasan tersebut," cetusnya.
 
Dari USD245 miliar nilai ekspor negara-negara Asia ke Afrika pada 2014, sebanyak 43 persennya berasal dari Tiongkok, disusul India dan Korea masing-masing sebesar 14 persen dan 6 persen. Sementara pangsa pasar Indonesia hanya satu persen dengan nilai USD2,4 miliar. Jenis produk yang diekspor Indonesia pun masih sangat terbatas, dimana 40 persennya adalah crude palm oil.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WID)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan