Direktur dan Sekretaris Perusahaan BTPN Anika Faisal menjelaskan saat ini keduanya tengah memulai proses assessment pengajuan izin ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). BTPN juga telah menerima surat dari pemegang saham Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) Tokyo per Kamis, 25 Januari 2018.
"Perseroan akan melakukan pengkajian dan persiapan teknis untuk proses merger. Merger ini sejalan dengan arahan OJK untuk konsolidasi sektor keuangan yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan memaksimalkan sinergi sektor keuangan di Indonesia. Merger ini juga bisa bakal memberikan sinergi positif, dan ini sudah kami sampaikan dalam keterbukaan," ujar Anika di Jakarta, Senin, 29 Januari 2018.
Akhir tahun lalu, induk Bank Sumitomo Mitsui Indonesia yakni Sumitomo Mitsui Financial Group (SMFG) menyatakan minat menjadi pemegang saham mayoritas di BTPN. Namun, aksi korporasi itu akan dilakukan jika mendapat restu dari OJK. Saat ini mereka sebenarnya menjadi pemegang saham mayoritas dengan mencapai 40 persen.
Seperti diketahui, SMFG adalah bank terbesar kedua di Jepang berdasarkan kapitalisasi pasar, yakni mencapai 150 miliar yen, atau setara dengan USD1,32 miliar.
Pada sisi lain, mengutip laporan keuangan BTPN, laba bersih BTPN per kuartal III-2017 tercatat Rp1,4 triliun, dengan total aset Rp93,8 triliun, atau tumbuh sembilan persen ketimbang kuartal III-2016. Kemudian rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) tercatat 24,8 persen.
Adapun dana pihak ketiga per kuartal III-2017 tercatat Rp74,9 triliun, tumbuh sembilan persen jika dibandingkan dengan di periode sama 2016 yang sebesar Rp68,8 triliun. Penyaluran kredit mencapai Rp65,8 triliun, tumbuh lima persen bila dibandingkan dengan realisasi pada periode kuartal III-2016 yang sebesar Rp62,6 triliun.
Tidak Overlap
Anika meyakini merger tidak akan mengakibatkan overlap bisnis sebab dari sisi eksistensi, PT Bank Sumitomo Mistui Indonesia (SMBC Indonesia) murni 100 persen bergerak di sektor korporasi, sedangkan BTPN bergerak pada sektor ritel.
Namun, dalam penentuan entitas baru dan fokus bisnis nantinya masih menunggu hasil assessment. "Setidaknya sebelum kuartal I selesai, kami berjanji memberi update mengenai proses assessment ini."
Yang jelas, lanjut dia, dalam assesment pihaknya juga akan memberikan opsi bagi pemegang saham lain, yaitu Summit Global Capital Management yang memiliki saham BTPN sebesar 20 persen untuk ikut serta ataupun melepas.
"Akan ada valuasi saham. Apakah akan menjadi lebih dari 50 persen atau apa," ujarnya.
Direktur Keuangan BTPN Arief Harris Tandjung menyatakan, jika merger bisa selesai akhir tahun, BTPN akan masuk jadi kategori bank umum kelompok usaha (BUKU) IV dengan modal inti di atas Rp30 triliun.
Saat ini, modal inti bank sebesar Rp16,8 triliun.
"Equity BTPN Desember 2017 sekitar Rp16,8 triliun. Jika merger selesai akhir tahun, neraca digabung posisi equity BTPN sekitar Rp27 triliun-Rp28 triliun. Pada 2019, jika merger selesai, kami sudah bisa jadi BUKU IV, dengan modal inti di atas Rp30 triliun." (Media Indonesia)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News