Direktur Utama BNI Syariah Imam T. Saptono mengatakan laba bertumbuh karena manfaat efisiensi operasional, termasuk meningkatnya perolehan dana murah, dan juga perbaikan kualitas pembiayaan.
"Pembiayaan tumbuh 15,09 persen menjadi Rp19,53 triliun," kata Imam dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Kamis (20/10/2016).
Dia menambahkan rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) sebesar 3,03 persen, yang menurutnya, NPF tersebut di bawah level industri.
Sementara dari sisi efisiensi, beban biaya dana berkurang, karena perolehan dana murah yang naik menjadi 47,42 persen dari 43 persen terhadap total Dana Pihak Ketiga (DPK). DPK anak usaha PT. BNI Persero Tbk itu sebesar Rp22,77 triliun di triwulan III-2016 atau tumbuh 20,26 persen dibanding September 2015.
Teguh menjelaskan, sasaran pembiayaan BNI Syariah sebagian besar di lini konsumer dengan porsi 53,46 persen, kemudian segmen ritel produktif/Usaha Kecil Menengah sebesar 22,55 persen, dan komersial sebesar 16,21 persen.
Setelah itu, BNI Syariah juga menyalurkan pembiayaan mikro dengan porsi 5,85 persen, dan melalui kartu Hasanah sebesar 1,93 persen. Di konsumer sebagai portofolio terbesar, pembiayaan nasabah untuk pembelian
rumah dan tanah (BNI Griya iB Hasanah) mencapai 85,51 persen.
Adapun efisiensi juga, lanjut Teguh, terekam dari penurunan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang menjadi 86,28 persen dibanding periode sama tahun lalu sebesar 91,6 persen. Dengan capaian pembiayaan dan DPK tersebut, aset BNI Syariah terkumpul sebesar Rp26,82 triliun atau tumbuh 17,88 persen dibanding periode sama tahun lalu sebesar Rp22,75 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News