"Namun sayangnya pembeli lokal masih tertarik membeli emas karena persepsi masih mahal dan menunggu peluang harga emas sedikit menurun," kata Agung, dalam surat elektronika yang diterima Antara di Denpasar, Kamis (7/7/2016).
Ia mengakui pihaknya memprediksi harga emas pada awal 2016 di level harga rata-rata yang tidak terlalu optimistis di kisaran 1.18 dolar AS/toz, seiring dengan tren harga di 2015. Beberapa asumsi yang menentukan harga rata-rata emas pada semester I-2016 sesuai skenario dasar adalah tekanan terhadap dolar yang memprediksikan kondisi perekonomian akan stabil.
Selain itu, kondisi permintaan di Tiongkok akan membaik akibat tumbuhnya GDP Tiongkok secara perlahan. Di samping itu ada "interest Rate Bank UK" akan naik, sehingga permintaan di UK akan turun (konsumsi total UK di 2014 terletak di posisi 18 dari 20 negara terbesar atau 1,1 persen dari total konsumsi dunia).
Ia menyebutkan, prediksi ini membawa penentuan target penjualan PT. Antam (Persero) Tbk menjadi kurang lebih sama dengan 2015, walaupun 2015 adalah kinerja outstanding untuk Antam karena adanya permintaan yang tinggi dari India.
Beberapa minggu lalu tepatnya 16 Juni 2016, tambah dia, harga emas mengalami koreksi turun ke level USD1.282,30 sejak adanya referendum bahwa UK akan keluar dari Uni Eropa (Brexit), namun kondisi pound menguat dua persen terhadap dolar AS.
Hal yang sama terjadi dengan saham-saham di AS yang menguat 200 poin terhadap isu fundamental tersebut. Perkembangan isu Brexit tersebut selalu membawa pelaku pasar di dalam negeri untuk hold position dan hal ini berimbas pada rendahnya penjualan beberapa pekan di Juni 2016.
Agung mengatakan, hal yang mengejutkan terjadi pada Jumat pagi (1/7), di mana kenaikan harga terjadi sangat signifikan dan membuktikan bahwa kekhawatiran investor di pasar masih mengandalkan emas sebagai "safe haven against inflation".
"Dari kacamata kami, tren harga emas yang menanjak, di satu sisi menguntungkan bagi para genuine buyer lokal yang mempertanyakan kapan harga emas signifikan naik dan menjadi instrumen investasi yang layak untuk dibeli," jelasnya.
Namun dari sisi lain, kenaikan harga emas ini di pasaran lokal tidak didukung dan kondisi perekonomian yang memburuk secara global. Oleh sebab itu kondisi pasar lebih memilih untuk melakukan ekspor emas sehingga menyisakan persediaan yang terbatas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News