"Peran intermediasi perbankan dianggap belum optimal berpengaruh pada sektor riil. Saat sektor riil menurun, sektor keuangan malah tumbuh," kata Ekonom Indef Enny Sri Hartati di daerah Duren Kalibata, Jakarta Selatan, Rabu 19 Juli 2017.
Sektor keuangan yang tumbuh tinggi, tutur Enny, terlihat dari posisi kuartal II tahun lalu yang mencapai 13,5 persen. Sedangkan sektor pengolahan dan pertanian masing-masing hanya tumbuh 4,6 persen dan 3,5 persen.
Baca: Persaingan Industri Keuangan Makin Ketat, OJK Minta Perbaikan SDM
Keadaan itu telah memperlihatkan bahwa jurang sektor keuangan dan riil sangat terlihat. Faktornya, karena profil sektor riil cenderung lebih besar, sementara perputaran uang sangat lama.
Sektor keuangan, lanjut dia, seperti deposito dan surat utang menawarkan imbal hasil yang tinggi dengan risiko rendah. Dengan adanya kenyataan itu, investor pada akhirnya lebih memilih investasi di sektor keuangan.
Susutnya sektor riil, tambah Ekonom Senior Indef Didik J Rachbini, mengakibatkan konsumsi dan daya beli masyarakat mengalami penurunan. Bayangkan saja, sejumlah perusahaan ritel telah banyak menjalankan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap pegawainya.
Padahal selama ini konsumsi dan daya beli masyarakat, kata Didik, sering menjadi andalan pemerintah. "Seluruh supermarket konsumsi yang dulu diandalkan sekarang anjlok semua. Hypermart lay off karyawan. Tandanya, daya beli melemah," pungkas Didik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News