"Kita perlu jiwa merah putih Kemendag, Kemenperin dan Bea Cukai untuk langkah ini," kata Ketua Umum IKATSI Suharno Rusdi dikutip dari Media Indonesia, Minggu, 15 September 2019.
IKATSI menyatakan bahwa Pemerintah tidak perlu khawatir langkah ini akan menurunkan ekspor karena pemerintah sudah memberikan fasilitas melalui Kawasan berikat (KB) dan Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) yang memastikan bahan baku impor tujuan ekspor bisa masuk dengan mudah.
“Jadi kinerja ekspor garment saat ini tidak ada korelasinya dengan PLB," tegasnya.
IKATSI menilai bahwa justru saat ini PLB menjadi gerbang masuk produk-produk impor untuk menggerus pasar lokal.
“Kehadiran PLB e-commerce sangat jelas melukai produsen-produsen IKM garment dan konveksi-konveksi kecil, barang impor sangat murah langsung dijual secara online,” ungkap Rusdi.
Dengan menghentikan impor sementara, Rusdi menilai, stok-stok produsen lokal bisa terjual lebih cepat sehingga mereka bisa kembali mengaktifasi lini produksinya dan kembali mempekerjakan karyawan-karyawan yang saat ini dirumahkan.
IKATSI memperkirakan bahwa penghentian impor satu bulan bisa menghemat devisa sekitar USD800 juta tanpa berpengaruh terhadap kinerja ekspor.
“Stop impor selama tiga bulan, pemerintah bisa saving USD2,4 miliar, jumlah ini mudah mudahan bisa bantu agar neraca perdagangan tahun ini tidak defisit,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News