"Tahun tikus logam di yakini unsur tanah paling dominan," kata Hans dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 25 Januari 2020.
Ia menuturkan, sektor propeti mendapat dukungan dari suku bunga acuan yang turun 100 bps tahun lalu, dan beberapa pelongaran di kebijakan LTV.
"Selain itu tahun lalu masih tahun pemilu, orang menahan diri berinvestasi di properti, sedangkan 2020 setahun setelah pemilu orang mulai berpikir investasi," tuturnya.
Goyangnya investasi di produk asurasi dan reksa dana juga membuka angin segar bagi investasi properti. Peluang orang mengalihkan investasi sangat terbuka. Investor akan lebih berhati-hati dengan penawaran fixed rate industri asuransi akibat kasus Jiwasraya.
Menurutnya, target top sektor poperti akan terjadi pada 2023-2025 dengan awal kenaikan dari pada 2020.
"Selain membeli properti langsung investor juga dapat membeli beberapa saham atau produk turunnnya seperti real estate investment trust (REIT) melalui pasar modal," ucapnya.
Hans merekomendasikan kepada investor untuk memperhatikan saham-saham emiten properti seperti PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI), PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), dan PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) sebagai pilihan sektor properti.
Sementara dari sektor logam, Hans melanjutkan, ia merekomendasikan kepada investor untuk memperhatikan emiten tambang emas, nikel, dan timah.
Menurutnya, harga emas saat ini terbantu akibat naiknya tensi geopolitik di Timur tengah. Emas dan beberapa mata uang kuat dunia sering dianggap aset safe haven ketika terjadi kenaikan risiko pasar global.
Sedangkan nikel mendapat angin segar dari kenaikan harga akibat kebijakan Indonesia melarang ekspor nikel mentah. Selain itu pemerintah Tiongkok juga mengambil tindakan mengamankan cadangan nikel-nya.
Pada timah, Hans perkirakaan sektor ini juga menarik akibat perubahan pada peta kendaraan dunia yang mana kendaraan listrik menjadi kebutuhan di masa depan sehingga kebutuhan timah akan meningkat.
"Komoditas nikel dan timah diperlukan untuk komponen pembentukan baterai yang merupakan masa depan energi dunia," sebut dia.
Hans pun merekomendasikan investor untuk memperhatikan saham emiten PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Merdeka Gold Cooper Tbk (MDKA), dan PT Timah Tbk (TINS) sebagai sektor pilihan tambang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News