Pengamat ekonomi Bhima Yudhistira mengatakan saham dengan kode emiten BBTN turun akibat ketidakpercayaan investor terhadap kebijakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Kementerian BUMN.
"Kepercayaan investor juga bisa anjlok. Saham BTN sudah turun 6,8 persen dalam sepekan terakhir akibat distrust dengan kebijakan RUPSLB Menteri BUMN," kata Bhima kepada Medcom.id di Jakarta, Jumat, 30 Agustus 2019.
Di sisi lain, pergeseran jabatan direksi dengan alasan politis dapat berimbas pada kinerja bank BUMN. Karyawan dan jajaran direksi maupun komisaris bisa mengalami demotivasi.
"Bisa dibayangkan Supra yang merintis karier di BRI (UMKM) kemudian dilempar ke BTN yang fokus bisnisnya berbeda (KPR) ini jelas merusak jenjang karier dan tata kelola BUMN," ungkapnya.
Menurutnya kepentingan Menteri BUMN di balik perombakan direksi akan merusak keberlanjutan bisnis bank BUMN. Sebab keputusan itu memasuki injury time sebelum pelantikan kabinet yang baru.
"Jelas bahwa ini bukan aksi korporasi semata tapi Aksi politik. Ada abuse of power," tambah Bhima.
Meski demikian, kursi dirut BRI dan BTN yang kosong harus segera diisi melalui RUPSLB baru untuk mengembalikan kepercayaan investor terhadap BUMN.
"Opsinya kalau Dirut BTN terpilih menolak menjabat, maka perlu diadakan RUPS LB lagi. Cost yang harus ditanggung oleh bank, market (kepercayaan investor), karyawan dan menteri BUMN berikutnya amat mahal," pungkasnya.
Adapun perombakan direksi BTN melalui RUPSLB pada Kamis 29 Agustus 2019, berujung penolakan setelah dirut BRI Suprajarto tidak bersedia ditetapkan sebagai Dirut BTN menggantikan dirut sebelumnya Maryono.
Dengan penolakan tersebut, maka posisi jabatan dirut Bank BRI menjadi kosong karena pemegang saham melalui hasil RUPSLB BTN, sudah menunjuk Suprajarto menjadi Dirut BTN meskipun yang bersangkutan kemudian menolak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News