"Kenapa kita enggak ambil bagian, saya merasa bersalah ada di pemerintahan memang," kata Wapres dalam dialog 100 ekonom di Hotel Westin, Jakarta, Kamis, 17 Oktober 2019.
Menurut JK, semestinya Indonesia bisa mendapatkan porsi investasi dari peralihan modal Tiongkok ke Asia Tenggara. Namun, perizinan investasi yang berbelit membuat modal asing lebih memilih Vietnam dan Thailand.
Di sisi lain, ekspor komoditas sebagai andalan utama Indonesia juga melesu lantaran harga komoditas dunia turun. Karenanya, ekspor Indonesia terus menurun dalam beberapa waktu terakhir.
"Masalahnya, ekspor kita turun ke Tiongkok, batu bara turun harganya, makanya ada account defisit. Konsumsi minyak naik, kurs kita turun. Perlu ada kebijakan yang akan datang yang perlu dilakukan," beber dia.
Sebaliknya, kata JK, barang-barang dari Tiongkok terus membanjiri Indonesia. Misalnya, produk baja asal Negeri Tirai Bambu itu membuat penjualan PT Krakatau Steel merosot. Begitu pula dengan produk tekstil dan garmen asal Jawa Barat yang kalah saing.
Kondisi tersebut kemudian membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin melambat. JK pun memproyeksikan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia akhir tahun bisa berada di bawah lima persen.
"Terjadi lah persaingan industri kita yang belum baik antara ekspor dan impor. Tiongkok kan barang-barangnya bebas masuk ke Indonesia. Itu efeknya sehingga terjadi situasi ekonomi yang banyak tantangan," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id