Direktur Utama Adira Finance Hafid Hadeli tidak menampik kenaikan suku bunga akan berpengaruh terhadap biaya dana lantaran industri perbankan menyesuaikan tingkat suku bunga. Meski demikian, kenaikan suku bunga tersebut diperkirakan tidak langsung terjadi karena harus melihat situasi dan kondisi bisnis.
"Harapannya suku bunga tidak langsung naik karena kondisi ekonomi kita relatif baik dan tingkat inflasi terjaga di level yang aman di tiga persenan. Kalau terjadi kenaikan suku bunga? Tergantung apakah industrinya akan bergejolak atau tidak. Saya rasa kalau naik 0,5 persen masih oke," kata Hafid Hadeli, di Jakarta, Kamis, 15 Februari 2018.
Sementara itu, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memprediksi Bank Indonesia (BI) akan tetap menahan tingkat suku bunga acuan yakni BI 7 Days Reverse Repo Rate di level 4,25 persen. Prediksi ini sejalan dengan akan diumumkannya suku bunga acuan oleh BI, apakah berubah atau tidak.
Menurut Peneliti Indef Bhima Yudhistira, tekanan eksternal mengalami eskalasi sejak terjadinya fenomena global sell off. Depresiasi rupiah terjadi hingga Rp13.600 per USD sehingga membuat BI harus menjaga suku bunga di level yang menarik bagi investor asing.
"Proyeksi BI 7 Days Repo Rate diprediksi tetap di 4,25 persen," kata Bhima.
Di sisi lain, bank sentral juga perlu memperhatikan selisih imbal hasil yang makin sempit antara treasury bond bertenor 10 tahun dan surat utang pemerintah. Dalam kurun waktu satu bulan terakhir, imbal hasil treasury 10 tahun mencapai 2,85 persen.
Dengan demikian, masih kata Bhima, BI sudah tak bisa mengutak-atik suku bunga acuan karena ruang pelonggaran moneter sudah semakin sempit. "Potensi arus modal keluar masih besar dalam beberapa bulan ke depan," pungkas dia
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News