"Untuk jagung sebagai contoh, kita sudah bisa menyetop impor 3,6 juta, dan kita sudah mengurangi impor sekitar 3,4 juta ton," kata Presiden dalam acara Silaturahim Nasional di GOR Jatidiri Semarang, Jawa Tengah, Minggu, 3 Februari 2019.
Jokowi menambahkan, pada 2017, pemerintah sama sekali tidak melakukan impor jagung untuk pakan ternak. Bahkan sebanyak 341 ribu ton jagung sudah diekspor pada 2018.
"Kita kemarin, 2018 sudah ekspor jagung sebanyak 380 ribu ton. Berarti kita bisa menekan impor," ungkap dia.
Namun, Presiden Jokowi tetap mengingatkan para petani mengatur waktu penanaman agar saat panen tidak kelebihan suplai yang mengakibatkan harga anjlok.
"Diperlukan pengaturan-pengaturan, komunikasi antara kita di seluruh Tanah Air diperlukan untuk menjaga suplai dan demand pada manajemen makro," terangnya.
Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menambahkan keberhasilan pemerintah menekan impor berkat inisiatif Kementan dalam menetapkan aturan harga jagung di tingkat petani, minimal Rp3.150 per kilogram.
Kebijakan itu juga ditopang dengan program panen jagung raya serta pemanfaatan benih unggul jagung tongkol dua dan jagung hibrida.
"Selain itu juga dilakukan peningkatan indeks pertanaman jagung di sawah, perluasan di lahan kering, integrasi jagung-sawit lewat tumpang sari, tanam jagung di lahan hutan," kata Amran.
Berdasarkan data Organisasi Pangan dan Pertanian atau Food and Agriculture Organization (FAO), Indonesia berada pada peringkat 8 besar produsen jagung dunia setelah Amerika Serikat, Tiongkok, Brazil, Argentina, Ukraina, Mexico, dan India pada 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News