Ilustrasi (MI/BARY FATHAHILAH)
Ilustrasi (MI/BARY FATHAHILAH)

Keaslian Batik Bisa Teridentifikasi Lewat Aplikasi

Ilham wibowo • 10 Mei 2019 14:21
Jakarta: Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian memperkenalkan aplikasi Batik Analyzer. Aplikasi ini berguna untuk membedakan kain batik asli seperti batik tulis, batik cap atau kombinasi dengan tiruan batik.
 
“Inovasi ini berawal dari kesulitan masyarakat membedakan kain batik dan tiruan yang beredar di pasaran, khususnya membanjirnya produk impor tiruan batik dengan harga yang sangat murah,” kata Kepala BBKB Yogyakarta Titik Purwati Widowati, melalui keterangan tertulisnya, dalam pameran Gelar Batik Nusantara (GBN) 2019 di Jakarta, Jumat, 10 Mei 2019.
 
Menurut Titik, masyarakat industri batik yang didominasi pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) juga dituntut untuk mampu kompetitif di tengah tantangan global era industri 4.0. Aplikasi Batik Analyzer pun dapat menjadi standar para pelaku IKM batik.

Aplikasi dengan basis Android dan iOS tersebut menggunakan teknologi artificial intelligence (AI) yang sesuai dengan implementasi industri 4.0. Saat ini, aplikasi Batik Analyzer baru tersedia dalam versi Beta 1.0 dengan akurasi output dua kategori batik dan tiruan di 75 persen dan akan terus dikembangkan hingga mencapai angka 95 persen.
 
“Aplikasi ini diharapkan menjadi solusi untuk perlindungan industri batik nasional dalam menyongsong era industri 4.0,” ujar Titik.
 
Kepala BPPI Kemenperin Ngakan Timur Antara mengatakan pihaknya gencar mendorong pelaku industri nasional untuk terus menciptakan inovasi produk demi mencapai peningkatan ekspor hingga double digit tersebut. Saat ini, penguatan inovasi bagi sektor industri menjadi sangat penting. Langkah ini perlu kolaborasi dengan seluruh stakeholder.
 
Ngakan optimistis pengembangan industri melalui inovasi dan teknologi akan berperan dalam peningkatan produktivitas dan kualitas secara efisien. “Menurut para cendekia, istilahnya adalah technology will always win,” tuturnya.
 
Lebih lanjut, menurut Ngakan, lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) di seluruh Indonesia termasuk yang ada di bawah BPPI Kemenperin dapat menjadi penyokong utama terbentuknya ekosistem inovasi yang melahirkan riset-riset berkualitas dan memberi manfaat bagi kemajuan industri nasional.
 
“Guna menghasilkan inovasi yang sesuai kebutuhan di dunia industri, balai litbang Kemenperin terus berupaya menggandeng sektor swasta untuk ikut berkontribusi dalam kegiatan riset atau alih teknologi yang mendukung kemajuan sektor manufaktur nasional,” paparnya.
 
Merujuk data Kemenperin, industri batik turut mendorong pertumbuhan gemilang di sektor industri tekstil dan pakaian jadi pada triwulan I-2019, yang mencatatkan posisi tertinggi dengan capaian 18,98 persen. Kinerja ini melampaui pertumbuhan ekonomi sebesar 5,07 persen di periode yang sama.
 
Selain itu, ekspor batik Nusantara tercatat senilai USD52,44 juta atau setara Rp734 miliar (kurs Rp14.000 per USD) pada 2018. Kemenperin menargetkan nilai ekspor batik nasional dapat meningkat hingga 6-8 persen pada 2019.
 
Di samping itu, industri batik salah satu sektor yang banyak membuka lapangan pekerjaan, dengan didominasi oleh IKM yang tersebar di 101 sentra. Jumlah tenaga kerja di sektor industri batik ini kini sebanyak 212 ribu orang.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan