Kepala LIPI Iskandar Zulkamain mengatakan, dengan banyaknya populasi Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa menyebabkan kebutuhan negara pada baja terus meningkat. Bahkan, diperkirakan kebutuhan baja akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang.
"Diperkirakan akan terus naik mencapai 20 juta ton per tahun pada 2020 nanti," ujar Iskandar Zulkamain, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Kamis (22/10/2015).
Menurutnya Indonesia tidak memiliki bijih besi dengan kadar tinggi dalam jumlah yang memadai sebagai bahan baku baja. Tentunya hal ini mengkhawatirkan akan menghambat pembangunan pada berbagai macam sektor, seperti infrastruktur, industri, transportasi, dan sektor pertahanan dan keamanan.
Ia menilai, keterbatasan bijih besi ini akan bisa teratasi salah satunya dengan pemanfaatan bijih besi (nikel) laterit. Dalam hal ini, Indonesia memiliki kandungan nikel laterit yang cukup tinggi. "Endapan bijih besi (nikel) laterit merupakan lapisan atas dari bijih nikel laterit. Lapisan ini mengandung besi yang lebih tinggi dan nikel yang lebih rendah," ungkap Iskandar.
Menurutnya, cadangan bijih jenis ini jauh lebih banyak dari bijih nikel kadar tinggi dan diperkirakan mencapai miliaran ton. Oleh karena itu, jika bijih besi ini bisa dimanfaatkan maka kemandirian industri baja Indonesia akan dapat terwujud.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI Andika Widya Pramono mengatakan LIPI telah konsisten melakukan penelitian mendalam tentang kemungkinan pembuatan produk baja laterit semi industri, karena selain berpotensi sebagai bahan baku pembangunan, baja laterit juga berkontribusi pada ekspor Indonesia.
"LIPI bekerja sama dengan PT Krakatau Steel telah berhasil menghasilkan prototype baja laterit semi industri," pungkas Andika.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id