"Pelabuhan peti kemas yang dikelola BJTI mengalami pertumbuhan produksi. Kami butuh penambahan peralatan untuk bongkar muat," kata Direktur Utama BJTI Putut Sri Muljanto, saat dikonfirmasi, Rabu (23/11/2016).
Menurutnya, kebutuhan BJTI terhadap alat bongkar muat sangat mendesak untuk mendukung pertumbuhan produksi di wilayah kerjanya. Alat-alat berat itu yakni Harbour Mobile Crane (HMC) dan electric Rubber Tyred Gantry (e-RTG).
Dengan adanya alat berat itu diharapkan pertumbuhan produksi di BJTI terus meningkat. Pada Oktober 2016, kinerja produksi peti kemas di BJTI mencapai sekitar 900.000 TEUs atau naik hampir tiga persen dibandingkan periode yang sama 2015.
"Ini terjadi karena hampir semua jurusan menuju Indonesia Timur lancar, kecuali Kalimantan akibat kondisi sumber daya alamnya tidak bagus," katanya.
Selain itu, lanjutnya, untuk tujuan pelayaran ke Sulawesi, Nusa Tenggara, Ambon, dan Papua mengalami pertumbuhan. Namun, pertumbuhan yang tinggi harus diimbangi oleh kinerja pelayanan di pelabuhan.
"Maka itu, 2017 kami anggarkan Rp500 miliar. Sementara di 2018 akan kami anggarkan sedikit menurun yakni sebesar Rp300 miliar untuk membeli peralatan bongkar muat peti kemas," ujarnya.
Menurut dia, anggaran di 2018 lebih rendah dari 2017 karena peralatan untuk bongkar muat sudah tersedia.
"Harapannya pada 2018 alat-alat yang ada sudah tinggal pakai. Kalau terminalnya enggak punya alat bagus, tentu kinerja pelabuhan akan terbatas dan kalah bersaing," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News