"Yang jelas untuk udang ada beberapa kendala seperti penyakit," kata Direktur Jenderal Perikanan Budi daya KKP Slamet Soebjakto dikutip dari Antara, Selasa (1/11/2016).
Menurut Slamet, untuk mengatasi dampak sejumlah penyakit yang menyerang udang, pihaknya bakal berkoordinasi dengan SCI (Shrimp Club Indonesia) untuk roadshow ke sentra-sentra budi daya.
Dirjen Perikanan Budi daya KKP memaparkan, hal tersebut antara lain untuk membina para pembudidaya.
Apalagi, dia berpendapat bahwa kesadaran masyarakat masih kurang seperti kerap lupa melakukan pengeringan tambak dengan prosedur yang tepat dan benar sehingga udang juga menjadi rentan terserang penyakit.
Slamet juga mengingatkan bahwa pada 2016 ini, jalannya musim hujan juga cukup panjang sehingga kondisi tersebut juga berpotensi membawa bibit penyakit seperti bakteri.
"Ini cukup kompleks (permasalahannya) sehingga perlu melakukan pembinaan dan sosialisasi dengan SCI kita akan roadshow ke beberapa tempat budi daya udang," tuturnya.
Sebelumnya, Dirjen Perikanan Budi daya KKP Slamet Soebjakto meyakini Indonesia akan menjadi salah satu pusat bisnis perikanan budi daya di dunia dengan memberikan kemudahan bagi investor.
"Berbagai kemudahan diberikan oleh pemerintah, diantaranya adalah penyediaan dan penyederhanaan prosedur investasi, percepatan pelayanan, serta keringanan pajak impor pada beberapa komponen input produksi," kata Slamet Soebjakto.
Slamet juga mengingatkan, potensi sumber daya alam untuk perikanan budi daya sangat besar, sedangkan yang telah dimanfaatkan baru sebesar 2,7 persen dari jumlah total 12,1 juta hektare.
Dalam rangka mendukung program ketahanan pangan, lanjutnya, pemerintah akan meningkatkan produksi budi daya, melalui pengembangan budi daya laut lepas pantai, revitalisasi tambak, budi daya lele sistem bioflok, budi daya rumput laut, kekerangan, minapadi, pembangunan pabrik pakan dan pengembangan industri pakan ikan berbahan baku lokal.
Selain itu, ujar dia, pengembangan budidaya di pulau terdepan, serta pengembangan Cara Budi daya Ikan yang Baik (CBIB) di wilayah Indonesia.
Slamet mengakui masih banyak tantangan yang harus dihadapi seperti peningkatan kesehatan ikan dan biosekuriti, pengembangan bioteknologi budi daya untuk menekan biaya produksi, pengurangan dampak lingkungan dari industri budidaya intensif, peningkatan pendapatan pembudidaya ikan melalui perbaikan pakan yang murah dan bermutu, serta pengembangan teknologi budi daya yang adaptif pada perubahan iklim.
Khususnya terkait pengembangan pakan ikan, pemerintah melalui KKP mempunyai program pengembangan industri pakan mandiri berbasis bahan baku lokal, yang disebut sebagai Gerakan Pakan Ikan Mandiri (Gerpari) dengan pemberian bantuan sarana dan prasarana produksi pakan, bahan baku pakan, pengembangan pakan alami, dan pengembangan sertifikasi cara pembuatan pakan ikan yang baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News