"Big data bermanfaat bagi perusahaan asuransi dalam menciptakan produk, harga khusus, dan meningkatkan pemrosesan klaim," kata Adi pada seminar nasional Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bertema "Big Data: Changing The Way of Non Bank Financial Institution (NBFI) Business" di Yogyakarta dikutip dari Antara, Senin, 13 Agustus 2018.
Menurut dia, perusahaan perlu mengkonsolidasikan basis datanya dengan mengintegrasikan data eksternal untuk sepenuhnya memanfaatkan big data. Ada kebutuhan untuk berkolaborasi antara semua perusahaan untuk menjadi efisien.
"Jika tidak, biaya investasi akan cukup besar," kata Adi yang juga Kepala Divisi Hubungan Internasional Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI).
Ia mengatakan, memanfaatkan semua lini database bisnis akan meningkatkan kemampuan industri untuk menciptakan produk serta menyegmentasikan pasarnya. Hal ini akan menumbuhkan industri asuransi di masa depan.
Oleh karena itu, menurut dia, perlu memperluas basis data nasional untuk memasukkan lini bisnis lainnya. Saat ini database nasional hanya ada untuk Asuransi Properti.
"Banyak perusahaan masih memiliki database yang terpecah. Database adalah suatu keharusan, AAUI sudah memiliki 'AAUI Memeriksa', meskipun masih perlu dioptimalkan," kata Adi.
Ia mengemukakan, lebih dari 64 persen anggota AAUI telah terlibat dalam pemasaran digital melalui pemanfaatan situs web perusahaan, aplikasi/agregator digital/seluler.
Selain itu, lebih dari 65 persen anggota AAUI telah mengadopsi sistem operasi terintegrasi yang mencakup seluruh proses bisnis. Sisanya mengembangkan sistem back end mereka melalui pengembangan in-house atau penggunaan pengembang sistem pihak ketiga.
"Platform digital juga digunakan untuk memasarkan produk asuransi mikro untuk menekan biaya," kata Adi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News