Dubes Selandia Baru Trevor Matheson (kanan berbaju batik) saat melihat pengemasan Salak Pondoh Sleman. (FOTO: MTVN/Patricia Vicka)
Dubes Selandia Baru Trevor Matheson (kanan berbaju batik) saat melihat pengemasan Salak Pondoh Sleman. (FOTO: MTVN/Patricia Vicka)

Salak Pondoh Lereng Merapi Sleman Siap Membanjiri Selandia Baru

Patricia Vicka • 24 Oktober 2017 17:24
medcom.id, Yogyakarta: Salak pondoh Sleman akan membanjiri negara Selandia Baru. Salak hasil para kelompok petani di daerah Pakem dan Turi Sleman ini akan segera diekspor ke Selandia Baru dalam waktu dekat.
 
Selandia Baru menjadi negara ke 13 tujuan ekspor salak pondoh Sleman. Pengiriman perdana ekspor ini ditandai dengan peluncuran perdana ekspor salak serta dan penandatanganan standarisasi kesehatan antara Pemerintah Selandia Baru yang diwakili oleh Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia, Trevor Matheson dengan Pemerintah Indonesia yang diwakili Kepala Badan Karantina Pertanian Banun Harpini.
 
Banun menjelaskan, salak pondoh Sleman memiliki kelebihan dan keunikan dibandingkan dari wilayah lainnya. Selain rasanya yang lebih enak dan manis, salak asal Sleman ini lebih sehat karena ditanam di tanah lereng Gunung Merapi.

"Tanah di sini karena bekas letusan merapi, jadinya subur. Buah di sini enggak perlu pakai pupuk dan tidak pakai pestisida. Jadinya lebih sehat karena organik," ujar Banu saat launching perdana ekspor salak Sleman di Rumah Kemasan Petani Salak Prima Sembada di Jalan Magelang KM 18 LUmbungrejo, Temple, Sleman Yogyakarta, seperti diberitakan Selasa 24 Oktober 2017.
 
Salak pondoh telah lolos penilaian standarisasi kesehatan yang ditetapkan Pemerintah Selandia Baru karena kandungannya yang sehat. Tahap awal, ada 100 kilogram (kg) salak pondoh yang akan dikirim langsung ke Selandia Baru dengan menggunakan pesawat dari Bandara Adisutjipto Yogyakarta. Namun ke depannya, tambah Banun, akan ada penambahan jumlah salak yang diekspor.
 
"Potensi salak di Sleman ada sekitar 4.000 ton. Tidak menutup kemungkinan kalau warga Selandia baru suka, bisa kita ekspor lagi sebanyak-banyaknya," kata dia.
 
Duta besar Selandia Baru untuk Indonesia, Trevor Matheson menuturkan, ia mengenal salak pondoh ini saat memberi bantuan pada korban letusan Merapi 2010 silam. Ia mengungkapkan, warga Selandia baru belum mengenal salak dan buah-buahan tropis lainnya. Sehingga ini menjadi tantangan sekaligus peluang besar bagi para petani Salak.
 
"Warga Selandia baru suka makan buah-buahaan. Jika edukasi dan pengenalan produk ini benar, bisa jadi salak akan digemari warga kami," ungkap dia.
 
Salak yang diekspor ke Selandia Baru memiliki tingkat kematangan 70-75 persen serta tahan hingga 3-4 minggu. Sebelumnya para petani sudah mengekspor salak pondoh ke Thailand, Singapura, dan Arab Saudi. Adapun satu kg salak impor dibanderol sebesar Rp7.500.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan