Dalam pertemuan bisnis tersebut, Presiden Joko Widodo didampingi oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Perdagangan Thomas Lembong, Menteri BUMN Rini Soemarno dan Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, usai pertemuan bisnis itu, mengatakan bahwa Presiden menyambut baik rencana investasi keempat CEO perusahan dari Rusia dan peningkatan investasi Rusia di Indonesia, tapi ia mengingatkan empat hal yang harus dipatuhi investor.
"Masalah penghormatan semua peraturan. Proses hilirisasi ditekankan presiden, lalu melibatkan rakyat dan mendatangkan manfaat bagi rakyat dan kepatuhan pada masalah lingkungan," ucap Retno dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (19/5/2016).
Pertemuan bisnis pertama dilaksanakan pada pukul 10.00 waktu setempat antara Presiden Joko Widodo dengan CEO Russian Railways (RZD), Oleg Belozerof. Russian Railways merupakan salah satu perusahaan transportasi terbesar di dunia. Di negaranya, Russian Railways bergerak dalam bidang infrastruktur dan pengoperasian layanan kereta api.
Dalam pembicaraan tersebut, pemerintah Indonesia dengan Russian Railways berbicara tentang kerja sama membangun rel kereta api untuk kargo yang akan membawa batu bara di Kalimantan. Sebelumnya pihak Russian Railways telah melakukan studi terkait dengan rencana pembangunan tersebut.
Usai pertemuan bisnis pertama dengan Russian Railways, Presiden melakukan pertemuan bisnis dengan tiga perusahaan tambang di Rusia, yakni Blackspace Group, RUSAL, dan Vi Holding Group. Sebelumnya, Blackspace Group diketahui telah beraktivitas di Sulawesi dan Kalimantan. Perusahaan yang berfokus pada penambangan batu bara dan nikel tersebut ingin menjajaki kemungkinan kerja sama dengan BUMN Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden Joko Widodo menekankan bahwa proses pengolahan hasil tambang haruslah memperhatikan lingkungan dan memberi manfaat bagi masyarakat sekitar.
Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan RUSAL yang juga merupakan sebuah perusahaan tambang dengan fokus produksi alumunium terbesar di dunia sedang menjajaki kemungkinan untuk dapat bekerja sama dengan BUMN.
"RUSAL sangat berharap untuk dapat bekerja sama dengan ANTAM dan INALUM untuk memproses produk alumunium," ujarnya.
Rini kemudian mengutarakan hal yang menarik dalam pertemuan bisnis antara Presiden dengan Vi Holding Group.
"Mereka mengatakan memiliki teknologi baru agar bisa memproses nikel dengan harga yang sangat murah, hanya setengahnya dari sekarang," terang Rini.
Vi Holding Group sendiri diketahui baru akan menyelesaikan pembangunan pabrik pertamanya di Rusia akhir tahun ini. Pemerintah Indonesia akan terus melihat dan menindaklanjuti pembicaraan tersebut dan menjajaki kemungkinan apakah teknologi baru tersebut dapat diterapkan di Indonesia nantinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News