"Tanjung Priok, mekanismenya membuat angka dwelling time tinggi. Kalau dwelling time tinggi, otomatis ekonomi mahal, harga-harga pasti menjadi tinggi," kata Ketua Tim Satgas Percepatan Dwelling Time, Agung Kuswandono saat meninjau terminal peti kemas Teluk Lamong di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (27/10/2015).
Agung bersama tim ditarget secepat mungkin menurunkan angka dwelling time, khususnya di Tanjung Priok. Mereka pun menargetkan pada akhir tahun, membuat angka dwelling time menjadi 3 hari.
"Kami dibentuk untuk membenahi sistem di pelabuhannya. Angka akhir tahun dwelling time target kami tiga hari, Insya Allah tercapai," terang Agung.
Agung menyebut ada sejumlah tolak ukur sebuah pelabuhan peti kemas yang tegolong baik. Di antaranya soal modernisasi prosedur penerimaan dan pengeluaran peti kemas di pelabuhan.
"Tolak ukurnya pelabuhan sepi, tidak ada terlalu banyak lalu lalang orang-orang. semua sistemnya menggunakan online. Enggak ada tukang gorengan di dalam pelabuhan," cetus Agung.
Agung pun menyarankan pengelola pelabuhan peti kemas di Indonesia , termasuk Tanjung Priok, berkaca pada prosedur yang diterapkan PT Pelindo III di terminal peti kemas Teluk Lamong, Surabaya. Automatic Gate System terapan Teluk Lamong, menurut Agung dapat mengurangi angka dwelling time.
"Cara Teluk Lamong ini harapannya diterapkan juga di pelabuhan lain. Bagaimana semua prosedur penerimaan dan pengeluaran barang dapat dilakukan secara online," jelas Agung.
Saat ini, dwelling time di Tanjung Priok masih di angka 4,5 hari. Angka ini, sebenarnya sudah menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya yang pernah mencapai sembilan hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News