"INDI 4.0 ini self assessment, bukan mengarang bebas tapi sudah diaplikasikan di Singapura dan Indoensia," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di acara Indonesia Industrial Summit (ISS) 2019, Indonesia Convention Exhibition BSD, Tangerang, Senin, 15 April 2019.
Sebagai tahap awal assessment INDI 4.0 ini telah diikuti oleh 326 perusahaan industri dari sektor industri makanan dan minuman, tekstil, kimia, otomotif, elektronika, logam dan aneka. Kemudian sektor engineering procurement and construction (EPC) yang juga masuk dalam skema prioritas.
Penilaian INDI 4.0 menggunakan mekanisme self-assessment oleh perusahaan dengan mengukur lima pilar, yaitu manajemen dan organisasi, manusia dan budaya, produk dan layanan, teknologi, serta operasional pabrik.
“Secara umum, industri manufaktur Indonesia berada dalam posisi cukup siap menerapkan industri 4.0,” ujar Airlangga.
Rentang skor penilaian INDI 4.0 yakni dari level nol atau belum siap bertransformasi ke industri 4.0, kemudian level 1 atau industri masih pada tahap kesiapan awal, level 2 atau industri pada tahap kesiapan sedang, level 4 atau industri yang sudah pada tahap kesiapan matang bertransformasi ke industri 4.0, dan level 4 atau undustri yang sudah menerapkan sebagian besar konsep industri 4.0 di sistem produksinya.
"Kita sudah melihat rata-ratanya di 2,4 artinya di antara negara ASEAN Indonesia dengan Vietnam itu tertinggi di atas negara lain. Rata rata tentu kita diharapkan keempat," paparnya.
Kemenperin juga berencana membangun pusat inovasi dan pengembangan SDM industri 4.0 yang merupakan bagian dari pembangunan ekosistem inovasi. Perpres peta jalan Making Indonesia 4.0 juga tengah disusun sebagai dasar hukumnya.
Kemenperin juga berupaya mendorong pemberian insentif untuk pendidikan vokasi berupa pengurangan pajak penghasilan bruto paling tinggi 200 persen. Selain itu khusus untuk penelitian dan pengembangan juga diberikan 300 persen melalui insentif super deduction tax.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News