"Kedua komoditas tersebut memiliki kemiripan, yaitu mudah dibudidayakan, modal usaha yang murah, mampu menyerap tenaga kerja dan memiliki pasar yang cukup besar," kata dia, saat dihubungi dari Bandarlampung, Selasa (14/7/2015).
Dia menjelaskan produksi kerang di 2015 ditargetkan sebesar 233.700 ton dan diperkirakan akan tumbuh 32,60 persen per tahun hingga 2019. Dia menjelaskan kerang merupakan salah satu komoditas unggulan untuk dikembangkan.
"Selama ini, kerang memang belum diperhitungkan dan pembinaannya masih kurang. Padahal kebutuhan pasar kerang di dalam negeri cukup tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan pasar, selama ini dipenuhi melalui impor dari
Eropa," ujar Slamet.
Seperti halnya rumput laut, kerang juga membutuhkan lokasi yang spesifik untuk budidayanya. "Kita akan kembangkan budi daya kerang ini ke lokasi yang sesuai, seperti halnya di Lampung," ujarnya lagi.
Saat ini, selain Lampung, beberapa daerah seperti Riau, Sumatera Barat dan Banten juga sedang dikembangkan budi daya kerang hijau ini.
"Ke depan akan kita dorong wilayah-wilayah lainnya yang memiliki potensi yang sama," kata dia.
Sesuai dengan visi misi pembangunan Kabinet Kerja Pemerintahan Presiden Jokowi-JK, untuk mendorong laut menjadi sumber ekonomi bangsa di masa Depan. Ia berharap dari sisi pemanfaatan sumber daya perikanan melalui perikanan budidaya, rumput laut dan kerang bisa banyak berkontribusi kepada pendapatan negara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News