Ajang MEA 2015 -- Ilustrasi FOTO: Dokumentasi Setkab
Ajang MEA 2015 -- Ilustrasi FOTO: Dokumentasi Setkab

Tak Mau Kalah, Wanita Pengusaha Siap Bersaing di Pasar Bebas ASEAN

Fario Untung • 13 Januari 2015 09:55
medcom.id, Jakarta: Ajang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 ternyata tidak hanya akan didominasi oleh para pengusaha berkelamin pria. Para wanita pengusaha pun juga akan siap unjuk gigi untuk bersaing bersama lawan gendernya demi menjaga nama baik Indonesia di antara negara regional.
 
Salah satu wanita pengusaha asal Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) bernama Hardani Puspasari mengaku siap menjadi wanita pengusaha yang akan bersaing dengan pengusaha negara ASEAN. Bahkan, ia juga akan berusaha untuk meningkatkan jumlah wanita pengusaha di Indonesia.
 
"Kita siap, siap untuk bertarung dengan pengusaha negara tetangga. Saya juga akan berupaya untuk terus menjaring pengusaha perempuan untuk bergabung dengan Hipmi. Karena anggota Hipmi perempuan masih sangat kecil, hanya 5 persen dari total 30.000 pengusaha," ungkap Hardini, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa (13/1/2015).

Hardini menjelaskan, sebagian wanita pengusaha di Hipmi berkecimpung di bisnis sektor pariwisata, kuliner, mikro/ritel, jasa komunikasi, dan usaha-usaha lain meski belum banyak menyerap tenaga kerja. "Semua bidang bisnis tersebut sesuai dengan digelarnya MEA 2015," sambung Hardini.
 
Menurutnya, pola pikir keluarga muda di Indonesia sudah berubah dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Di mana para suami mendukung penuh istrinya untuk menjadi wirausahawan pemula. Namun Ia menyatakan bahwa untuk bersaing di kancah MEA, para pengusaha pemula di Indonesia masih memiliki kelemahan terutama dari sisi promosi, branding, marketing hingga packaging/kemasan yang mampu menarik perhatian pangsa pasar.
 
"Nah yang terpenting tentunya kami harus memiliki payung hukum berupa UU pengusaha pemula," pungkas hardini.
 
Sebelumnya, Ketua Umum Hipmi, Raja Sapta Oktohari mendesak pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk lebih memperhatikan pengusaha pemula. Ia mengatakan hal itu harus dilakukan dengan cara pemberian kemudahan bagi pengusaha pemula dengan hanya menerbitkan perizinan satu lembar.
 
Dia mengakui, pada pemerintahan sebelumnya, masalah izin tersebut sudah hampir rampung. Namun ada dua lagi aspek yang belum tuntas, yaitu terkait permodalan dan pasar. Menurutnya, payung hukum soal legalitas, permodalan, dan pasar sangat mendesak dibutuhkan karena pengusaha pemula ibarat bayi yang baru lahir.
 
"Bila seluruh aspek disamakan dengan pengusaha yang sudah besar, maka tentu akan kesulitan," jelas Okto.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan