"Jadi tidak lagi berhenti di produksi bahan baku. Pelaku industri dapat menciptakan nilai tambah dan itu pun dilakukan langsung di Palu, salah satu daerah produsen kakao utama di Indonesia," ujar Saleh dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Rabu (18/11/2015).
Saleh berharap agar dua fasilitas ini dapat mendorong diversifikasi produk olahan kakao dan meningkatkan konsumsi cokelat di Indonesia. Pasalnya, industri pengolahan kakao dinilai punya peran penting meningatkan devisa, pendapatan dan konsumsi cokelat masyarakat.
Konsumsi kakao di Indonesia saat ini masih relatif rendah dengan rata-rata 0,5 kilogram per kapita per tahun. Konsumsi ini jauh lebih rendah dibanding dengan konsumsi negara-negara Eropa yang lebih dari 8 kilogram per kapita per tahun.
Saleh menambahkan, pihaknya juga terus memcau industri hilir pengolahan kakao skala kecil (IKM). Hal ini mengingat sektor kakao mempunyai rantai nilai yang cukup banyak dan berperan besar dalam penumbuhan ekonomi masyarakat.
"Keberadaan Rumah Kemasan dapat dimanfaatkan IKM untuk memperbaiki kemasan dan desain produk yang turut membantu pemasaran ke luar daerah bahkan ekspor. Apalagi kemasan juga bagian dari penguatan merek atau branding," papar dia.
"Ke depan, Rumah Cokelat di Sulawesi Tengah ini diharapkan memotivasi provinsi-provinsi penghasil kakao di Indonesia untuk mengembangkan industri hilir kakao di daerah masing-masing," pungkas Saleh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News