Petani dan padi. ANTARA FOTO / Fadlansyah.
Petani dan padi. ANTARA FOTO / Fadlansyah.

Petani Diimbau Menanam Padi dan Jagung Mengikuti Siklus Musim Panen

10 Januari 2016 14:25
medcom.id, Kupang: Pihak Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur mengingatkan petani setempat untuk menanam padi dan jagung mengikuti siklus musim yang tidak menentu saat ini untuk menghindari gagal panen.
 
"Petani menanam harus mengikuti siklus musim hujan yang turun tidak menentu karena dipicu oleh penyimpangan cuaca dan iklim dari  normalnya atau anomali," kata Sekretaris Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi NTT, Mifdonth Abola dikutip dari Antara, Minggu (10/1/2016).
 
Petani kata dia, diharapkan menanam tanaman yang berumur pendek seperti sayuran, umbi-umbian dengan memanfaatkan air yang tersedia. Dan demikian Abola, tidak boleh menanam tanaman umur panjang seperti jagung dan padi dalam kondisi sekarang karena akan gagal panen karena ketiadaan kekeringan yang berdampak pada matinya tanaman tersebut.

"Kita berharap kalau di satu daerah hujannya rutin, silakan menanam. Tapi ada daerah yang belum turun hujan sampai sekarang belum tanam. Makanya kita harapkan petani kalau tanam lihat siklus hujan dulu. Kita anjurkan kalau bisa sementara ini tanam tanaman umur pendek seperti sayuran dan umbi-umbian. Kita sudah siagakan mesin pompa air, tetapi kondisi curah hujan yang tidak stabil, mesin pompa tidak bisa digunakan," kata Abola.
 
Tentang adanya bibit pengganti, hal ini menjadi langkah antisipasinya. Sebab, jika petani yang sudah menanam dan tidak berhasil, maka persediaan bibit sudah tidak ada lagi. Pemerintah akan menyiapkan bibit pengganti kepada petani untuk ditanam ulang.
 
"Pemerintah pusat bilang galakan tanaman serempak, saya bilang untuk NTT tidak bisa. Siklus hujan yang tidak stabil ini tidak bisa tanam serempak. Untuk sementara yang dilakukan adalah memanfaatkan air yang sedikit untuk tanaman umur pendek," tambah Abola.
 
Pihak Dinas Pertanian dan Perkebunan provinsi Nusa Tenggara Timur terus memantau dan mendata sekitar 270 dari 3.268 desa/kelurahan yang tersebar di 23 kabupaten dalam Provinsi ini yang setiap tahun rawan dilanda kekeringan.
 
Desa-desa itu antara lain desa Iligai Kecamatan Lela, Kabupaten Sikka, Flores terpaksa mengkonsumsi air dari pepohonan untuk mempertahankan hidup.
 
Berikut desa-desa di Kecamatan Amanuban Selatan dan Kecamatan Kualin, namun musibah itu telah meluas ke empat kecamatan lainnya yakni Kuanfatu, Kolbano, Boking, dan Toianas di Kabupaten Timor Tengah Selatan.
 
Ia mengatakan kekeringan yang terjadi di desa-desa dalam enam kecamatan tersebut terjadi pada lahan pertanian di Kecamatan Amanuban Selatan dan Kualin sehingga warga di kecamatan tersebut perlu diberi bantuan.
 
"Bantuan yang dibutuhkan ialah pompa air untuk mengalirkan air dari sumur ke kebun dan embung-embung untuk menampung air hujan," katanya.
 
Dalam skala kabupaten katanya kekeringan akibat anomali iklim dan El Nino melanda Kabupaten Kupang, Timor Tengah Utara, Belu, Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Manggarai, Manggarai Barat, Manggarai Timur, Nagekeo, Ngada, Sikka, Ende, Flores Timur, Lembata, Alor, Rote Ndao dan Sabu Raijua.
 
Dia mengatakan, langkah penanggulangan lainnya yang sedang dilakukan adalah mengoptimalkan pemanfaatan aset, berupa tangki yang sudah dibagikan, dan tangki yang dimiliki Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Sosial yang ada di Kabupaten dan Kota, untuk didistribusikan air langsung ke masyarakat.
 
"Langkah lain yang dilakukan yaitu dengan memanfaatkan alat penjernihan air yang sudah dibagikan untuk mengolah air yang dimiliki masyarakat. Selain itu, saat ini sedang diupayakan pembuatan sumur dangkal dan sumur bor di daerah yang ada memiliki potensi air tanah," katanya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan