"Anda ingin Indonesia jadi hub logistik Asia Pasifik dan ini PR untuk Anda semua," ujar Sri dalam pidatonya di ruang Merauke, Gedung DJBC, Rawamangun, Jakarta, Rabu 12 April 2017.
Pertama, Sri ingin definisi dan kriteria Indonesia sebagai hub logistik Asia Pasifik dibuat menjadi jelas. PLB diminta menyusun dan membuat target menjadi terperinci.
baca : Logistik Menjembatani Industri Nasional dan Internasional
"Pertama definisinya apa? Tempat lain jadi hub Asia Pasifik seperti Singapura dan Hong Kong itu seperti apa? Kriterianya bagaimana?" imbuh dia.
Kedua, membuat ukuran kemajuan secara jelas seperti jumlah dan volume perusahaan yang pindah ke Indonesia setiap tahunnya.
"Berapa persen yang akan pindah ke Indonesia," tegasnya.
Kemudian, Sri juga meminta pengembangan PLB merata di seluruh wilayah Indonesia. Saat pertama diluncurkan pada 10 Maret 2016, terdapat 12 PLB dan jumlah twrsebut berkembang menjadi 34 PLB di 2017.
"Mengurangi ketimpangan tidak semua di Jawa tapi digeser ke Timur Indonesia. Tapi tak satupun ke Sumatera, kenapa?" sambung Sri.
Terakhir, PLB diharuskan memilih dan mencatat industri yang siap bergabung.
"Kalau Indonesia ingin jadi hub logistik Asia Pasifik, industri mana yang siap bergabung ke PLB," pungkas dia.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mencatat, nilai barang yang disimpan di dalam gudang PLB mencapai Rp1,16 triliun pada 2017. Nilai tersebut berasal dari 20 perusahaan supplier internasional, 34 perusahaan distribusi internasional dan 97 perusahaan distribusi lokal. Dengan rata-rata lead time 1,8 hari jauh lebih cepat dari impor pada umumnya.
PLB juga berkontribusi terhadap penerimaan negara dengan jumlah bea masuk sebesar Rp10,28 miliar, PPh impor Pasal 22 sebesar Rp27,13 miliar dan PPN Impor sebesar Rp120,09 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News