Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan, impor daging kerbau berasal dari India. Ada beberapa alasan Bulog mengimpor daging kerbau dari negeri Taj Mahal tersebut.
Pertama, India merupakan penghasil kerbau terbanyak di dunia. Lebih dari separuh (50 persen) populasi kerbau ada di India.
"Kedua, kerbau di India ini peruntukkannya untuk susu dan daging, bukan kerbau pekerja. Dari sisi populasi memadai, dari sisi perawatan memadai, kesehatan dan harga juga," ujar Djarot di kantor Perum Bulog, Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Jumat (2/9/2016).
Pemasaran dan pendistribusian daging kerbau ini juga dilakukan beberapa cara, yakni memberikan kepada asosiasi untuk pengolahan industri. Kemudian ke pasar-pasar tradisional, ke rumah-rumah pangan, serta ke toko-toko binaan.
Untuk harga, Djarot memastikan daging kerbau maksimal dijual kepada masyarakat sebesar Rp65 ribu per kilogram. Kepastian harga itu didapat setelah menghitung harga jual awal dari Bulog termasuk ongkos dan keuntungan yang didapat pedagang.
"Di pasar kan ada pedagang menengah dan pedagang pengecer. Pedagang menengah boleh ambil di gudang kami dengan harga Rp56 ribu/kg. Kemudian pedagang menengah saya minta menjual kepada pedagang ecer paling tinggi Rp60 ribu/kg. Harapannya pedagang menengah sudah dapat margin Rp4 ribu/kg ditambah ongkos dan segala macam sehingga harga yang dijual ke masyarakat Rp65 ribu/kg," tegas Djarot.
Namun begitu, kadang kala terdapat oknum pedagang yang sering memainkan harga yang dijual kepada masyarakat. Untuk menghindari hal itu, Bulog siap melakukan Operasi Pasar dengan harga daging sebesar Rp65 ribu/kg.
"Kadang teman-teman kita ada yang melakukan ketidakdisiplinan. Untuk itu saya gunakan Operasi Pasar dengan harga Rp65 ribu/kg. Sehingga kalau dia jual di atas Rp65 ribu/kg, konsumen kan otomatis pindah ke Bulog," pungkas Djarot.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News