Spanduk Menteri Susi dengan latar belakang penenggelaman kapal -- ANTARA FOTO/Vitalis Yogi Trisna
Spanduk Menteri Susi dengan latar belakang penenggelaman kapal -- ANTARA FOTO/Vitalis Yogi Trisna

5 Aksi Perkasa Menteri Susi Pudjiastuti

Husen Miftahudin • 23 Desember 2014 08:48
medcom.id, Jakarta: Publik dikejutkan dengan dipilihnya Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Publik sempat merasa risih dengan keberadaan seorang menteri bertato dan perokok yang sedikit melenceng dari adat ketimuran Indonesia yang menjunjung tinggi norma dan budaya. Apalagi, bos maskapai penerbangan Susi Air ini tak lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) dan hanya memiliki ijazah Sekolah Menengah Pertama (SMP).
 
Namun penilaian masyarakat Indonesia tersebut langsung dibantah oleh kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh ibu dari putri cantik Nadine Kaiser, buah dari pernikahannya dengan Daniel Kaiser. Salah satunya adalah menenggelamkan kapal asing yang mencuri ikan di wilayah perairan laut Indonesia.
 
Susi menilai bahwa kekayaan alam Indonesia hanya dinikmati oleh orang-orang asing yang mencuri ikan menggunakan kapal mereka, sedangkan nelayan-nelayan Indonesia hanya mendapat ikan sisa. Secara nilai, jika kapal asing tersebut mencuri ikan sebanyak satu ton, maka kerugian Indonesia ditaksir sebesar Rp9 miliar. Bahkan, jika menilai rerata per tahunnya, Indonesia bisa mengalami kerugian hingga Rp300 triliun.

Kebijakannya tersebut sorot mendapat banyak tentangan. Pasalnya, penenggelaman kapal asing dapat memicu perang antarnegara. Namun Menteri Susi bertindak cepat, ia pun mengajak makan bersama dan berdiskusi terkait penenggelaman kapal asing dengan enam Duta Besar (Dubes) negara tetangga untuk Indonesia. Keenam Dubes tersebut adalah Dubes Malaysia, Vietnam, Tiongkok, Thailand, Filipina, serta Australia.
 
Ternyata, keenam Dubes tersebut setuju dengan tindakan dan kebijakan Susi untuk menenggelamkan kapal asing yang berani masuk dan mencuri ikan Indonesia. Persetujuan pun datang dari Presiden Jokowi, ia merestui Menteri Susi yang ingin menjaga kekayaan laut Indonesia. Atas dasar itu, Susi semakin mantap menjalankan kebijakan menenggelamkan kapal.
 
Selama menjalankan kebijakannya tersebut, Susi banyak mendapat dorongan, masukan, dan bahkan cibiran. Salah satu cibiran yang membuat kuping susi sedikit memerah berasal dari para pengusaha dan ahli perikanan. Mereka menyindir dan meledek Menteri Susi yang hanya berani menenggelamkan kapal kecil berukuran di bawah 70 gross ton (GT).
 
Cibiran dan ledekan tersebut langsung dijawab oleh Menteri Susi. Ia mengatakan bahwa pemerintah dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sengaja untuk meledakkan dan menenggelamkan kapal-kapal kecil saja, sedangkan kapal-kapal besar disimpan untuk digunakan nantinya bagi kepentingan bangsa.
 
"Pemerintah memang sengaja tidak menenggelamkan kapal-kapal besar karena Indonesia membutuhkan kapal besar. Kemarin kita juga menangkap kapal Thailand yang besar, itu saya simpan untuk bisa digunakan kemudian hari," papar Susi beberapa waktu lalu.
 
Susi mengakui bahwa KKP hanya menenggelamkan kapal yang berukuran di bawah 70 GT, sedangkan kapal berukuran 200-300 GT akan tetap disimpan setelah melalui proses pengadilan. Wanita kelahiran Pangandaran 49 tahun silam ini pun telah berbicara dan meminta masukkan dari Jaksa Agung. Menurut Jaksa Agung, sebaiknya kapal besar asing yang telah melanggar teritorial laut Indonesia tersebut disita untuk negara dan tidak lelang.
 
"Karena kalau dilelang takut nanti jatuhnya malah ke alibaba-alibaba (pengusaha kapal asing) lewat kongkalikong dengan alibaba. Makanya mulai pagi ini saya nyatakan perang dengan Alibaba,” tegas Susi.
 
Hingga saat ini, KKP bersama TNI Angkatan Laut (AL) telah berhasil menangkap sebanyak 30 kapal asing yang berani melintas wilayah perairan laut dan mencuri ikan Indonesia. Dari jumlah tersebut, sebanyak lima buah kapal asing telah diledakkan oleh Menteri Susi. Penangkapan kapal asing tersebut berbeda-beda tempat.
 
Pada 21 November lalu, KKP dan TNI AL menangkap lima kapal asal Thailand di Perairan Berau, Kalimantan Timur karena melanggar zona tangkap ikan (fishing ground), penggunaan 100 persen anak buah kapal asing, dan izin tangkap bodong. Tak hanya itu, pemerintah juga menangkap satu kapal asing asal Vietnam. Namun, keenam kapal asing ini tak diledakkan. Hal ini karena kapal yang ditangkap tersebut akan dimanfaatkan kepada masyarakat nelayan yang membutuhkan.
 
Pada 5 Desember, TNI AL meledakkan tiga kapal asal Vietnam di Laut Natuna, Riau. Hal itu dilakukan karena kapal asing tersebut menangkap ikan secara ilegal karena tak memiliki dokumen resmi penangkapan ikan di Indonesia.
 
Selanjutnya, pada 7 Desember 2014, KKP bersama TNI AL kembali menangkap kapal asing berbendera Tiogkok di Laut Arafuru. Menteri Susi mengaku, sebenarnya yang tertangkap melalui satelit karena melewati wilayah perairan Indonesia sebanyak 22 kapal, namun TNI AL hanya berhasil menangkap sembilan kapal. Hingga saat ini, kapal-kapal asal negeri tirai bambu tersebut sedang dilakukan penyelidikan lebih lanjut.
 
Pemerintah juga menangkap delapan kapal berbendera Papua Nugini pada 9 Desember lalu di Laut Arafuru. Namun kapal yang ditangkap tersebut berisikan anak buah kapal (ABK) dari Thailand. Hingga akhirnya, dua dari enam kapal tersebut diledakkan oleh TNI AL di Perairan Ambon, Maluku.
 
Kabar terakhir, TNI AL telah berhasil menangkap lima kapal asing asal Thailand di Perairan Natuna pada 21 Desember. Kelima kapal ini sengaja mengelabui petugas dengan mengganti bendera negara asal mereka dengan bendera Indonesia. Kesalahan dari kapal ini karena menggunakan dokumen palsu dan berbentuk fotokopi. Selanjutnya, kelima kapal asal negeri gajah tersebut akan diserahkan dan di proses hukum di Stasiun Pengawasan Pontianak.
 
Latar belakang pendidikan yang kurang serta sosok yang sedikit nyentrik ternyata tak mempengaruhi ketegasan dan kecerdasan Menteri Susi untuk menjaga kekayaan laut Indonesia dengan meledakkan kapal asing yang berani masuk dan mencuri ikan di wilayah Indonesia.
 
Guru Besar FE Universitas Indonesia Rhenald Kasali mengatakan bahwa berdasarkan kacamata metakognisi, Menteri Susi adalah sosok yang sangat cerdas. Banyak orang yang memiliki aspek kognisi yang baik, namun tak memiliki metakognisi untuk menggunakan kecerdasannya tersebut.
 
"Tak miliki metakognisi, orang-orang tersebut gampang marah, arogan, dan meremehkan orang yang tak miliki gelar. Itu karena mereka  terlalu pintar berdasarkan kognisi. Lihat orang-orang yang sekolah anak-anak pintar, rata-rata duduknya di depan, tidak perlu orang lain, karena dia baca sendiri, mengerti sendiri. Jadi dia tidak perlu orang lain," ungkap Rhenald.
 
Orang yang mampu bukanlah orang yang memiliki kecerdasan maksimal dengan gelar yang menyilaukan mata, tetapi orang mampu adalah orang yang bisa menggunakan kecerdasannya untuk orang-orang sekitar. Inilah yang diperlihatkan oleh Menteri Susi. Kebijakan yang ia buat menjadikan kekayaan alam di Indonesia semakin terjaga walaupun ia hanya lulusan SMP.
 
Masyarakat nelayan Indonesia sendiri pun akan semakin sejahtera dengan kekayaan alam yang terjaga dari pencurian ikan oleh nelayan-nelayan asing. Semoga kebijakan ini tak gaung di awal dan melempem di tengah dan akhir masa kepemimpinan Susi.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan