"Kami perlu minimal 20 SPBU baru dengan perhitungan satu SPBG cukup untuk 100 bus. Jadi, untuk memasok 3.000 armada perlu ada minimal 30 SPBG di Jakarta," pinta Kepala Seksi Pengendalian Badan Layanan Umum (BLU) TransJakarta Susilo Dewanto dalam forum bisnis CNG di Jakarta, Kamis (27/3/2014).
Susilo meminta agar SPBG baru didirikan di lokasi dekat koridor atau yang berada di sepanjang jalur Transjakarta. "Proyek Transjakarta berbeda dengan taksi dan bajaj. Transjakarta enggak bisa belok ke mana-mana, harus sesuai jalur. Jadi kalau SPBG dibangun di dekat koridor, Transjakarta enggak perlu berlama-lama menghabiskan waktu pergi ke tempat pengisian dan lebih hemat," terangnya.
Ia juga meminta kecepatan SPBG dalam mengisi gas ke tabung Transjakarta. Soalnya, tabung Transjakarta berbeda dengan taksi dan kendaraan lain. "Supaya bisa cepat melayani penumpang, kecepatan SPBG dalam mengisi gas harus bisa 100 bus dalam waktu tujuh jam atau 15 bus sejam. Kalau enggak, bisa-bisa menimbulkan kemacetan di sekitar SPBG," ujarnya.
Permintaan terakhir ditujukan kepada para pengelola SPBG untuk menyediakan gas yang berkualitas. "Gas yang berkualitas itu minim air dan tanpa oli. Dengan dryer yang mereka memiliki, mereka harus mampu mengurangi kandungan air yang berasal dari sumur," pintanya.
Saat ini konsumsi CNG Transjakarta mencapai 3,5- 4 juta liter setara premium (lsp) setiap bulan atau sekitar 100 ribu-150 ribu lsp dalam sehari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News