Direktur Niaga Garuda Indonesia Pikri Ilham Kurniansyah menyatakan pihaknya selama ini telah berkomitmen untuk terus menjual tiket sesuai dengan koridor yang ditentukan pemerintah. Tingginya harga tiket saat ini sebenernya ditujukan untuk kepentingan memajukan seluruh lini transportasi nasional.
Pikri pun menjelaskan dalam 10 tahun terakhir, sebelum adanya kemelut harga tiket, pesawat menjadi moda transportasi primadona lantaran menawarkan harga lebih murah ketimbang transportasi lainnya.
"Misalnya Cengkareng ke Tanjung Karang (Lampung) dijual Rp225.000, bus Rp270.000. Atau Jakarta ke Padang Rp600.000-Rp700.000, bus Rp400.000," kata Pikri, di Kantor Garuda Indonesia di kawasan Bandara Soetta, Cengkareng, Rabu, 24 April 2019.
Dengan perbandingan harga yang demikian, tentunya banyak yang lebih memilih menggunakan pesawat. Alhasil moda transportasi darat tidak jalan. Apalagi saat ini, kata dia, pemerintah tengah getol membangun infrastruktur darat dan laut.
Nantinya ketika infrastruktur tersebut jadi, malah sepi peminat lantaran tidak ada yang naik bus ataupun kapal laut. Pikri bilang sopir, kondektur nantinya akan kehilangan pekerjaannya.
"Sekarang pemerintah bangun tol, pelabuhan untuk apa? Agar moda transportasi Indonesia berkembang semua. Kalau semua terfokus pada airlines karena jual tiket murah, (moda transportasi) lainnya mati semua. Itu berbahaya bagi nasional," tutur Pikri.
Lebih jauh, dia menambahkan, Garuda ingin bahwa semua moda transportasi nasional berkembang secara sehat bersama-sama. Oleh karenanya moda transportasi udara tidak ingin dipandang sebagai pihak yang menyaingi moda transportasi darat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News