Pantauan Antara di beberapa pasar tradisional di wilayah Kota Malang, Minggu, 15 Juli 2018 menyebutkan sejak memasuki bulan Ramadhan hingga pasca-Lebaran, harga telur masih fluktuatif, namun cenderung ada kenaikan rata-rata Rp3.000 sampai Rp4.000 per kilogram.
"Sebelum Ramadan, harga telur masih Rp18 ribu sampai Rp19 ribu per kilogram. Kemudian memasuki Ramadan naik menjadi Rp20 ribu hingga Rp22 ribu per kilogram. Sekarang sudah mencapai Rp26 ribu per kilogram," kata Muryati, salah seorang pedagang berbagai kebutuhan pokok di Pasar Blimbing Kota Malang, Jawa Timur.
Kenaikan harga telur ini, lanjutnya, sudah beberapa hari terakhir ini dan hari ini (Minggu, 15/7) mencapai Rp26 ribu per kilogram. "Saya tidak tahu kenapa harga telur kok terus naik, sehingga saya tidak berani kulakan banyak, takut tidak laku," ujarnya.
Sementara itu, pedagang lainnya di Pasar Landungsari, Riyadi mengatakan naiknya harga telur di pasaran disebabkan pasokan berkurang. "Kata distributornya pasokan dari Blitar berkurang karena banyak yang dikirim ke Jakarta," katanya.
Ia mengemukakan biasanya pasokan untuk wilayah Jakarta dipenuhi dari Lampung, namun peternak di Lampung mengalami gagal panen telur sehingga telur yang dari Blitar sebagian dikirim ke Jakarta, akibatnya yang di Blitar dan sekitarnya pasokannya berkurang.
Selain harga telur yang terus merangkak naik dalam beberapa hari terakhir ini, harga aging ayam potong juga belum ada tanda-tanda penurunan harga sejak Ramadan hingga Lebaran lalu.
Harga daging ayam potong di pasar tradisional saat ini rata-rata masih Rp37 ribu hingga Rp38 ribu per kilogram, padahal musim Lebaran sudah berlalu hampir sebulan. "Harga kulakannya juga masih tinggi, mau tidak mau pedagang tetap menyesuaikan," kata Wahyuti, penjual ayam potong di Pasar Besar Malang.
Sedangkan harga ayam kampung juga tetap stabil tinggi. "Sejak bulan puasa sampai sekarang belum ada penurnan harga, bahkan naik terus karena memang tidak ada ayam di tingkat peternak," kata Bambang, pdagang ayam kampung dan ayam merah di Pasar Tunggulwung.
Menurut Bambang, harga ayam kampung ukuran sedang (tanggung) rata-rata Rp75 ribu hingga Rp80 ribu per ekor. Sedangkan ayam merah rata-rata seharga Rp55 ribu sampai Rp60 ribu per ekor (sekitar 1,5 kilogram).
Akibat mahalnya harga ayam, khususnya ayam merah, Bambang harus kehilangan beberapa pelanggannya yang rata-rata memiliki usaha warung soto dan sop ayam. Sebab, pelanggan minta harga tetap, sedangkan harga ayam di pasaran sudah naik berkali-kali.
"Karena mahalnya harga ayam ini, saya harus kehilangan pelanggan. Pelanggan minta harga tetap, sementara kulakannya sudah mahal. Kalau harganya tetap saya rugi cukup besar karena selisih harga kulakan dengan harga yang diminta pelanggan rata-rata Rp4 ribu per ekor. Jadi lebih baik saya lepas daripada rugi lebih besar," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News