Menilik Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 tahun 2017, harga acuan telur ayam di tingkat konsumen sebesar Rp22 ribu per kg. Salah satu pedagang di Pasar Kramat Jati, Aris, menjelaskan penurunan tersebut sudah terjadi sejak dua hari lalu.
"Saat ini harga Rp27 ribu per kg dari Rp28 ribu per kg setelah Lebaran," ujarnya kepada, Medcom.id, saat ditemui di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Rabu, 18 Juli 2018.
Ia mengaku penurunan harga telur yang tidak terlalu signifikan tersebut tidak berdampak besar pada omzet maupun jumlah pengunjung yang membeli. Dirinya pun dapat memeroleh omzet hingga Rp50 juta dalam sehari dari penjualan telur.
"Sama saja pendapatannya, sehari bisa habis satu ton, dengan omzet Rp40 juta sampai Rp50 juta," ungkapnya.
Senada dengan Aris, pedagang lainnya, Warto menjual dagangnya dengan harga Rp27 ribu per kg dibandingkan dengan sebelumnya Rp28 ribu per kg.
"Sudah dua hari setelah Lebaran Rp28 ribu per kg, sekarang Rp27 ribu per kg," imbuhnya.
Ia tidak menampik harga telur di pasar tersebut sempat berada di harga Rp23 ribu per kg pada saat puasa. "Lebaran Rp23 ribu per kg, habis Lebaran naik Rp28 ribu per kg," tambahnya.
Lebih lanjut, penurunan harga yang terpaut Rp1.000 per kg ini tidak terlalu berpengaruh dengan keuntungan yang diperoleh. Dalam sehari dirinya dapat meraup keuntungan Rp12 juta, begitu juga dengan hari-hari sebelumnya.
"Sehari bisa habis 400 kg, dengan keuntungan Rp12 juta," tuturnya.
Sementara itu, pedagang lainnya, Yono, masih menjual dagangannya dengan harga Rp28 ribu per kg. Ia mengaku harga tersebut belum menurundalam seminggu belakangan ini.
"Masih Rp28 ribu per kg dalam seminggu ini, sebelumnya bisa Rp22 ribu-Rp23 ribu per kg," imbuhnya.
Sedangkan dalam sehari dirinya bisa menjual dagangannya mencapai 500 kg dengan keuntungan kurang lebih Rp10 juta.
"Telurnya dari Blitar, keuntungan sekitar Rp8 juta sampai Rp10 juta per hari," tuturnya.
Adapun kenaikan harga telur yang terjadi belakangan ini disebabkan beberapa faktor seperti pakan yang tidak lagi menggunakan Antibiotik Growth Promoter (AGP) sehingga ayam petelur rentan terhadap penyakit, cuaca esktrem di beberapa wilayah, dan libur Lebaran yang cukup panjang membuat persediaan telur nasional tidak dapat mengimbangi permintaan masyarakat yang tinggi.
Kondisi itu membuat masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan dengan telur salah satu komponen yang dijual, terpaksa menaikkan harganya.
Salah satunya, Rasi, ditemui di tempat yang sama, pedagang mi instan tersebut, semenjak kenaikan harga telur yang signifikan, satu porsi mi instan dengan telur dikenakan harga hingga selisih Rp2 ribu.
"Naikkan harga mi sampai Rp10 ribu per porsi, sebelumnya Rp8 ribu per porsi," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id