Ani sapaan akrab Sri Mulyani mengatakan anomali perdagangan tersebut disebabkan karena libur nasional saat perayaan Lebaran tahun ini.
Menurut mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, libur tersebut membuat pola perdagangan bergeser dari yang seharusnya dilakukan di Juni dimajukan ke Mei dan sisanya mundur ke kegiatan perdagangan di Juli.
"Statistik Juli agak anomali karena kemarin ada libur panjang jadi kegiatan impor terutama banyak yang dilakukan sebelum lebaran libur panjang dan kemudian dikompensasi di Juli. Jadi itu mungkin deviasi statistik yang harus dibersihkan untuk lihat tren," kata Ani di Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Rabu, 15 Agustus 2018.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Juli mengalami defisit sebesar USD2,03 miliar setelah pada Juni lalu perdagangan mengalami surplus USD1,71 miliar dan defisit di Mei USD1,45 miliar.
Defisit yang terjadi disebabkan oleh meningkatnya kinerja impor sebesar USD18,27 miliar atau lebih besar dibandingkan dengan kinerja ekspor yang mencapai USD16,24 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News