Ketua Umum Gapkindo Moenardji Soedargo mengungkapkan penahanan ekspor yang dilakukan melalui keputusan ITRC tersebut telah membuat harga karet kembali bergairah. Keputusan per 1 Maret 2016 untuk melakukan penahanan ekspor karet alam ini mampu menstimulus harga dari USD1 per kg atau USD1.000 per MT menjadi USD1,5 per kg atau USD1.500 per MT.
"Dan saat ini sudah berfluktuasi di USD1.200 per MT. Ini untuk mencegah harga tembus di level yang sangat mengkhawatirkan yaitu USD1 per kg. Itu sangat merugikan petani dan kelangsungan industri perkaretan," ujar Moenardji, di Hotel Fairmont, Jalan Asia Afrika, Jakarta Pusat, Kamis (25/8/2016).
Dia mengakui, sebenarnya harga karet alam yang saat ini sebesar USD1,2 per kg atau USD1.200 per MT belum merupakan harga ideal di tingkat petani. Menurutnya, harga ideal karet alam di tingkat petani adalah sebesar USD2 per kg atau USD2.000 per MT ke atas.
"Meskipun begitu, upaya penahanan ekspor ini mampu menahan ambruknya harga karet alam di tingkat global. Upaya ini sudah cukup baik," tutur Moenardji.
Moenardji menjelaskan bahwa keputusan ITRC dalam penahanan ekspor karet alam oleh tiga negara produsen terbesar karet dunia dilakukan selama enam bulan, yakni dari 1 Maret 2016 hingga 31 Agustus 2016. Keputusan pengendalian ekspor oleh anggota penuh ITRC dan satu negara strategic partner, Vietnam, adalah sebanyak 700 ribu MT.
"Pagu untuk ITRC sebanyak 615 ribu MT dan Vietnam sebesar 85 ribu MT. Karena ada sesuatu hal, Vietnam belum berhasil sehingga tiga negara ITRC ini harus kembali menahan ekspor karet alam sesuai keputusan," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News