"Sektor jasa diperkirakan akan menjaga pertumbuhan tetap tinggi karena terdorong oleh populasi kaum muda yang banyak sehingga meningkatkan penggunaan jasa online," kata Kepala Perwakilan ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein di Jakarta, Rabu, 25 September 2019.
Hal itu dikemukakannya terkait dengan langkah ADB yang menurunkan proyeksinya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019, yakni dari perkiraan pada April lalu sebesar 5,2 persen menjadi 5,1 persen.
"Laju pertumbuhan tahun ini sedikit lebih lambat, disebabkan oleh penurunan ekspor dan melemahnya investasi domestik," ujar Winfried.
Menurutnya, pertumbuhan akan kembali membaik pada 2020, yakni sekitar 5,2 persen, yang sebagian besar masih akan disumbang oleh konsumsi, salah satunya dengan peningkatan belanja daring tersebut.
Ia mengatakan konsumsi domestik yang kuat akan membuat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia membaik dengan didorong oleh naiknya pendapatan rumah tangga, lapangan kerja, dan inflasi yang rendah.
Winfriend pun memperkirakan inflasi akan tetap stabil, yaitu sebesar 3,2 persen untuk 2019 dan 3,3 persen pada 2020, sehingga dapat membantu mempertahankan momentum belanja swasta.
"Inflasi inti mungkin akan tetap terjaga dan harga pangan juga tidak berubah," ujarnya.
Pasar Gelisah
Di kesempatan terpisah, Bank Indonesia (BI) mengatakan meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, ditambah lagi dengan banyaknya demonstrasi di Tanah Air dalam beberapa hari terakhir, menambah kegelisahan di pasar finansial domestik, termasuk memperlemah nilai tukar rupiah hingga ke Rp14.135 per USD.
"Faktor gabungan pada global, dan kita tahu juga ada sorotan domestik tentang demonstrasi yang kita lihat dua hari terakhir, ini masih terus berlangsung. Itu tentunya menimbulkan jittery (kegelisahan)," kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu, 25 September 2019.
Meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, ujar Destry, disebabkan oleh eskalasi perang dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok yang tak kunjung reda serta merebaknya wacana pemakzulan Presiden AS Donald Trump.
Tekanan dari ekonomi global itu juga ditambah dengan instabilitas politik dan keamanan di domestik karena banyaknya demonstrasi di Tanah Air. Untuk mengantisipasi tekanan pasar keuangan yang semakin meninggi, lanjut dia, upaya bisa dilakukan dengan memperdalam pasar keuangan.
Saat ini, fundamen ekonomi domestik masih terjaga. Jika pasar keuangan semakin dalam dan fundamen ekonomi terjaga, Indonesia bisa menjadi sasaran masuknya arus modal asing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News