"Kedelai stok 2-3 bulan cukup. Bahkan impor yang mau masuk akan menurunkan harga lagi. Jadi tidak mungkin harga naik seperti keresahan yang masuk kepada saya," ujar Rachmat di Jakarta, Senin (22/12/2014).
Lebih lanjut, Rachmat belum mau mengungkapkan besaran kedelai impor yang akan masuk. Hanya, setelah melakukan pertemuan dengan asosiasi yang mengimpor kedelai tidak terjadi peningkatan harga yang signifikan. Meski begitu, diakuinya, ada upaya memanfaatkan situasi di kalangan pedagang untuk menaikkan harga sebab permintaan kedelai tengah tinggi. Oleh karenanya, dia menghimbau kepada para importir untuk melakukan pengawasan langsung kepada para pedagang.
"Atau membuat suatu sistem baru supaya membuat tidak terjadi lonjakan harga yang dilakukan oleh pedagang itu sendiri. Itu sedang dibahas, nanti kerjasama dengan asosiasi importir itu sendiri," katanya.
Berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan, harga rerata nasional kedelai impor harga kedelai impor berkisar Rp11.262 per kilogram sedangkan harga kedelai lokal berkisar Rp11.001/kg.
Direktur Eksekutif Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) Yus'an mengungkapkan, harga kedelai di importir sekitar Rp7.300-Rp7.500/kg. Sedangkan harga sampai ke pedagang sekitar Rp7.800/kg.
"Tergantung kualitasnya, ada yang sudha diberishkan," ucapnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan, pihaknya bersama Kemendag tengah menggodok suatu mekanisme untuk meredam gejolak harga kedelai. Caranya dengan memangkas mata rantai distribusi agar harga di tingkat pengrajin tahu dan tempe tidak berbeda jauh dengan harga di tingkat importir.
"Bagaimana supaya sampai di pengrajin harga tidak terlalu berbeda dengan importir, mempersingkat mata rantai. Dari pengrajin yang butuh menelepon kepada importir, kalau bisa ada hotline, dan mempersiapkan gudang yang mendekati produsen," tukasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News