Produksi gula milik RNI -- FOTO: Antara/AGUNG
Produksi gula milik RNI -- FOTO: Antara/AGUNG

Curhat ke JK, Bos RNI Minta Kepastian Regulasi Gula Rafinasi

Patricia Vicka • 05 Desember 2014 10:46
medcom.id, Jakarta: Direktur Utama (Dirut) PT RNI, Ismed Hasan Putro, mengatakan industri gula nasional tidak akan pernah maju jika pemerintah masih ambigu dalam mengeluarkan regulasi terkait gula rafinasi.
 
Menurutnya, Pemerintah perlu tegas membatasi pasokan dan melarang gula rafinasi masuk ke pasar konsumsi rumah tangga. Tanpa itu, kemajuan industri gula nasional sulit tercapai dan harapan swasembada pangan semakin jauh.
 
"Industri gula saat ini menghadapi tantangan yang kompleks. Serbuan gula impor rafinasi dan pasar bebas ASEAN yang akan diberlakukan 2015, mengharuskan industri gula menggenjot efisiensi jika ingin mampu bersaing dengan produk luar," ujarnya dalam siaran persnya, di Jakarta, Jumat (5/12/2014).

Hal tersebut juga disampaikan Ismed ke Wakil Presiden (Wapres) Jusuf kalla dan Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel saat berkunjung ke Pabrik Gula (PG) Subang milik PT PG Rajawali II, anak perusahaan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Persero di Kabupaten Subang, Kamis 4 Desember 2014.
 
Ismed menilai, tidak dapat dipungkiri harga pokok produksi (HPP) gula lokal saat ini masih tinggi. "Pengembangan teknologi di kebun dan pabrik gula menjadi salah satu kuncinya. Tapi semua itu membutuhkan dukungan konkrit pemerintah. Selain kebijakan menekan impor gula mentah, kebijakan pengembangan teknologi pun perlu didorong agar pembenahan terjadi secara eksternal dan internal," tegasnya.
 
Lebih lanjut, papar Ismed, pada 2014 ini masih terjadi gap antara target swasembada gula yang dicanangkan pemerintah dengan produktivitas RNI di lapangan. Dari sisi produktivitas per hektare, target pemerintah 88,7 ton/ha, saat ini  perkebunan tebu RNI mampu menghasilkan 82,2 ton/ha. Masih kurang 6,4 ton/ha. Hal itu berkorlasi dengan masih minimnya lahan perkebunan tebu.
 
Berdasarkan data, industri gula nasional masih membutuhkan 5.870 ha lahan tambahan. Dari total luas lahan yang ditargetkan tahun ini seluas 70.735 ha, RNI telah menyumbang sebesar 64.865 ha. Mengenai kandungan rendemen, pemerintah menargetkan kandungan rendemen pada 2014 8,53 persen, sementara rendemen rata-rata RNI tahun ini masih di angka 7,77 persen, artinya masih kurang 0,75 persen.
 
Munculnya gap tersebut, lanjut Ismed disebabkan beberapa faktor, di antaranya lahan yang masih minim. Kemudian perlu ada regulasi yang menjamin ketersediaan lahan dalam rangka menjamin ketersediaan bahan baku tebu. Selain itu, terkait peningkatan teknologi, perlu lebih banyak lagi penelitan dan pengembangan varietas bibit unggul dan optimalisasi proses kinerja pabrik.
 
Namun, RNI sangat mendukung upaya pemerintah mewujudkan swasembada gula. Sebagai salah satu pemain utama dalam industri gula Tanah Air dengan 10 pabrik gula di Pulau Jawa, ditambah masuknya RNI ke dalam industri hilir, RNI siap berkontribusi penuh dalam mewujudkan program pemerintah.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan