"Upaya tersebut dengan mengimplementasikan secara terintegrasi sebagai suatu sistem yang semesta," kata Dr Gede Sedana yang juga Dekan Fakultas Pertanian Universitas Dwijendera Denpasar dikutip dari Antara, Minggu (27/11/2016).
Ia mengatakan, subsistem dalam agribisnis tersebut antara lain menyangkut subsistem penyediaan sarana produksi, alat dan mesin pertanian, produksi, pengolahan, pemasaran dan susbsistem penunjang.
Subsistem pengolahan dan pemasaran yang dikenal dengan sebutan agroindustri hilir yang mengolah dan memasarkan produk-produk pertanian guna meningkatkan nilai tambah dan daya saing.
Gede Sedana menambahkan, sebagian besar petani kini masih berada pada subsistem produksi yang perlu mendapatkan dukungan dari agroindustri hulu tepat waktu dan tepat jumlah, sehingga mereka tidak mengalami kesulitan dalam proses produksi.
Oleh sebab itu, peran pemerintah di sektor pertanian dan industri sebaiknya mempertimbangkan kembali impor mata cangkul yang mencoreng martabat bangsa.
Selain itu, dia meminta pemerintah bersama pelaku industri lebih memperhatikan pembangunan agroindustri yang berkelanjutan, khususnya dalam penyediaan mata cangkul.
"Salah satu unsur keberlanjutan adalah pelaku industri dapat menjaga produktivitas dan kualitas produksi serta memberikan keuntungan dalam waktu yang lama," ujar Gede Sedana.
Subsistem penunjang dalam sistem agribisnis memberikan pandangan bahwa kebijakan berproduksi baik dalam kecil dan menengah termasuk besar dapat berjalan secara baik, jika ada kebijakan-kebijakan kondusif bagi produsen.
"Untuk itu kebangkitan industri mata cangkul di Indonesia harus didorong dan semakin dikembangkan karena para petani dan mereka yang bukan petani juga masih membutuhkan mata cangkul untuk berbagai aktivitasnya," ujar Gese Sedana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News