Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Alex K Eddy mengatakan, saat ini rantai penjualan karet dari petani hingga ke pabrik terlalu panjang karena bisa terdapat dua hingga tiga pedagang perantara.
"Ini yang menjadi persoalan sehingga harga karet di tingkat petani ada selisih cukup jauh dengan harga beli pabrik," kata dia dikutip dari Antara, Minggu (27/3/2016).
Seharusnya, jika rantai penjualan karet dapat dipotong maka setidaknya petani bisa menjual getah karet menyamai harga di pabrik yakni dikisaran Rp7.000 per kg. Sedangkan saat ini karena ada pedagang perantara membuat harga jual petani hanya Rp4.000 per kg.
"Jika menyuruh pabrik di buat di kawasan perkebunan, saya rasa hal ini tidak mungkin. Satu-satunya cara yakni membenahi infrastruktur jalan karena di beberapa kawasan perkebunan masih harus ditempuh perjalanan darat ke kota dalam sebanyak sembilan jam (seperti dari Muarabeliti ke Palembang)," kata dia.
Lantaran itu, pedagang perantara terpaksa mengutip harga yang rendah karena harus mengeluarkan biaya transfortasi yang tinggi.
"Ini yang terkadang membuat serba salah, petaninya sendiri tidak memiliki kendaraan untuk menjual langsung ke pabrik sehingga sangat membutuhkan pedagang perantara, sementara pedagang perantara ini terkadang memberikan harga yang murah sekali," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News