Tnaman Lada. ANTARA FOTO/Joko Sulistyo.
Tnaman Lada. ANTARA FOTO/Joko Sulistyo.

Warga di Perbatasan Indonesia-Malaysia Kembangkan Perkebunan Lada

19 Juni 2016 16:29
medcom.id, Kalbar: Masyarakat di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia di wilayah Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, kini tengah mengembangkan perkebunan lada.
 
Camat Puring Kencana Herkulanus Albinus di Puring Kencana mengungkapkan, di wilayah itu memang memiliki potensi luar biasa untuk kebun lada dan hampir setiap Kepala Keluarga (KK) memiliki minimal 50 batang tanaman lada.
 
"Masyarakat disini sudah mulai mengembangkan kebun lada secara mandiri, dan hasilnya dijual ke negara tetangga Malaysia," kata Albinus dikutip dari Antara, Minggu (19/6/2016).  

Menurutnya, harga lada berkisar Rp80 ribu hingga Rp100 ribu per kilogram (kg). Sedangkan untuk menjual ke Malaysia sejumlah masyarakat masih menggunakan akses jalan tikus yang sejak dulu memang digunakan masyarakat keluar masuk Malaysia.
 
Selain lada, kata Albinus masyarakat Puring Kencana juga menanam jahe, yang juga dijual ke Malaysia dengan harga yang cukup menjanjikan.
 
"Jadi saat ini perekonomian masyarakat ditopang oleh hasil kebun seperti lada dan jahe," ungkap dia.
 
Albinus melanjutkan, potensi kebun lada itu perlu mendapat perhatian dari Pemerintah, baik daerah, provinsi maupun pemerintah pusat. Dia mengatakan perlunya pembinaan kepada petani lada dan masyarakat perlu dibantu untuk mengembangkan kebun tersebut.
 
"Saya yakin jika ada perhatian Pemerintah untuk potensi lada itu, bukan hanya di Malaysia saja mungkin di dalam negeri sendiri harga lada tersebut juga mahal, dan pajak hasil penjualan tersebut bisa menambah pendapatan daerah," tutur Albinus.
 
Warga Puring Kencana Yanto menuturkan selama ini dirinya bersama masyarakat lain berkebun secara mandiri. Kebun lada tersebut pernah juga dikembangkan masyarakat setelah maraknya illegal logging di daerah perbatasan beberapa tahun lalu.
 
" Seharusnya yang harus dikembangkan di Puring Kencana ini perkebunan lada, bukan kelapa sawit. Saya rasa itu cocok,atau jika memang mau kedua perkebunan tersebut sama-sama dikembangkan," ujarnya.
 
Menurut Yanto masyarakat tidak dapat mengandalkan hasil dari karet karena harganya yang sudah anjlok, ataupun kebun sawit. Meskipun harga lada juga pernah turun namun cukup menjanjikan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat perbatasan.
 
"Biasa harga lada itu bisa mencapai seratus ribu rupiah lebih perKg-nya, karena selain harganya cukup mahal, nilai tukaran ringgit ke rupiah masih cukup tinggi," ungkap Yanto.
 
Dirinya berharap pemerintah dapat memperhatikan potensi perkebunan lada miliki masyarakat, dengan harapan kedepan ada campur tangan pemerintah dalam melakukan pembinaan serta membantu masyarakat mengembangkan potensi yang ada
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan