Co-Founder & Managing Director, HaloMoney.co.id, Simon Costello mengatakan tingginya praktek gesek tunai di Indonesia menunjukkan masih rendahnya tingkat literasi keuangan di Indonesia. Masyarakat tampaknya masih nyaman dengan menggunakan uang tunai dalam bertransaksi.
"Ini sejalan dengan survei literasi keuangan yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2013 yang menemukan lebih dari 75 persen masyarakat Indonesia masih belum paham betul mengenai berbagai produk dan jasa keuangan," ungkapnya, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Sabtu (27/6/2015).
Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) memperkirakan dari total transaksi kartu kredit tiap bulannya yang sebesar Rp22 triliun sekitar 15 persen, atau Rp3,1 triliun, merupakan transaksi gesek tunai.
Simon Costello melanjutkan, kondisi ini bukti adanya kesalahan persepsi terhadap kartu kredit. "Melalui comparison center kami yang menangani ratusan telepon tiap minggunya, kami menemukan masih banyak orang yang menganggap kartu kredit sebagai alat mendapatkan utang dan bukan sebagai alat pembayaran, yang merupakan fungsi utamanya," jelasnya.
Menurutnya, apabila nasabah memang memerlukan uang tunai, maka sebetulnya mereka bisa memilih salah satu dari beberapa jenis produk pinjaman yang tersedia. "Yang terpenting adalah untuk membuat perencanaan yang tepat sebelum mengajukan pinjaman sehingga Anda tidak masuk ke dalam perangkap utang yang tidak berkesudahan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News