"Hal ini menepis anggapan bahwa pakan ternak yang naik belakangan ini diakibatkan oleh melesetnya data produksi," kata Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Gatot Iriato di Gedung A Kementan, Jakarta, Sabtu, 3 November 2018.
Menurut dia, berdasarkan data direktoratnya produksi jagung dalam lima tahun terakhir meningkat rata-rata 12,49 persen per tahun. Artinya, kata dia, tahun 2018 produksi jagung diperkirakan mencapai 30 juta ton pipilan kering (PK).
Direktorat Tanaman Pangan ini juga mencatat prakiraan ketersediaan produksi jagung bulan November sebesar 1,51 juta ton, dengan luas panen 282.381 hektare. Sedangkan pada Desember sebesar 1,53 juta ton dengan luas panen 285.993 hektare.
"Tersebar di sentra produksi Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Gorontalo, Lampung, dan provinsi lainnya," ujarnya.
Baca: Kementan: Impor untuk Jaga Stabilitas Harga Jagung
Sementara berdasarkan data dari Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan, kebutuhan jagung tahun ini diperkirakan sebesar 15,5 juta ton PK. Terdiri dari pakan ternak sebesar 7,76 juta ton PK, peternak mandiri 2,25 juta ton PK, untuk benih 120 ribu ton PK dan industri pangan 4,76 juta ton PK.
"Artinya Indonesia masih surplus sebesar 12,98 juta ton PK, dan bahkan Indonesia telah ekspor jagung ke Philipina dan Malaysia sebanyak 372.990 ton," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News