"Enggak rasanya (padat), baru 72 penerbangan per jam. Kalau delay (terlambat) saya enggak tahu penyebabnya, bisa karena cuaca, bisa bandara penerima di sana bilang jangan berangkat dulu karena cuaca. Macam-macam," ungkap Jonan, di Jakarta, akhir pekan ini.
Jonan mengakui masih kurangnya infrastruktur bandara menjadi pekerjaan rumah yang harus dibangun oleh PT Angkasa Pura (AP) II (Persero).
"Kurang sekali infrastruktur, harus dibangun AP II. Kalau saya begini, Angkasa Pura (AP) I bangunnya progresif sekali, namun bangun selesai setahun atau dua tahun lagi sudah penuh lagi, saya sudah bilang kalau bangun itu untuk sepuluh tahun atau dua puluh tahun ke depan, kalau enggak punya uang, minta sama Bu Rini (Menteri BUMN). BUMN harus berdiri sendiri, gajinya besar, masa minta sini yang gaji-gajinya kecil," jelas Jonan.
Di sisi lain, banyak kekhawatiran persaingan terhadap sektor penerbangan yang ketat antara maskapai full service dengan low cost carrier (LCC), sehingga kemungkinan mengabaikan adanya prosedur yang sudah ditetapkan.
"Betul. Itu tanggung jawab saya agar mereka tidak mengabaikan prosedur keselamatan. Saya enggak bisa jamin perbuatan orang lain, tapi kalau berbuat tidak sesuai ketentuan, kita akan hukum," tutup dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News