medcom.id, Sumba: Kementerian Pertanian (Kementan) optimis dapat mewujudkan swasembada padi NTT di tahun 2016 sehingga daerah tersebut menjadi lumbung beras di daerah perbatasan dan bisa mengekspor ke negara tetangga, Timor Leste.
Untuk mewujudkan upaya ini, Kementan bersama Kodam IX/Udayana, Pemerintah Provinsi NTT dan Pemerintah Daerah setempat melakukan percepatan tanam melalui Pencanangan Giat Tanam Serampak di Desa Tanaraing, Kecamatan Rindi, Kabupaten Sumba Timur.
Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Infrastruktur, Ani Andayani menyampaikan pencanangan Giat Tanam Serempak ini bertujuan agar luas tambah tanam April-September 2016 mencapai 100 persen yaitu 70.384 hektar. Sementara luas tambah tanam sampai dengan 20 September 2016 telah mencapai 63.491 hektar atau 90,2 persen, sehingga masih ada sedikit kekurangan luas tanam yang harus diselesaikan.
“Untuk mencapai target ini, maka pencanangan ini dilakukan secara serempak di 18 kabupaten dengan masing-masing luas tanam 10 hektare (ha). Khusus di Sumba Timur yang merupakan lokasi pencanangan, luas tanam mencapai 143 hektar sehingga totalnya 313 hektar,” ujar Koordinator Program Upaya Khusus Swasembada Pangan wilayah NTT saat memberikan sambutan pada Pencanangan Giat Tanam Serampak dalam keterangan tertulisnya, Sumba Timur, Jumat (23/9/2016).
Adapun total luas tambah tanam mulai Januari sampai 20 September 2016 sebesar 206.620 ha. Dari capaian ini, estimasi produktivitas 3,65 ton per ha, diperoleh produksi sebanyak 754.163 ton gabah kering giling (GKG). Sedangkan kebutuhan hanya 578.566,89 ton GKG. Hasilnya, NTT sudah bisa berproduksi padi 130 persen atau surplus sebesar 30 persen.
“Hitungan tersebut telah memperhitungkan konversi BPS untuk galengan dan sebagainya serta menghitung rendemen beras 60 persen,” kata dia.
Selain itu, lanjut Ani, menindaklanjuti arahan Menteri Pertanian Amran Sulaiman dalam rapat koordinasi dengan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi pada hari Jumat 16 September 2016 di Kantor Pusat Kementan terkait penguatan pangan di daerah perbatasan. NTT dipastikan mampu mewujudkan hal tersebut dengan membangun lumbung pangan.
“Ini dapat dilihat dari apabila periode mendatang Oktober sampai Desember lahan sawah mampu berproduksi dengan baik maka produksi beras NTT siap mendukung pangan di perbatasan untuk ekspor ke negara tetangga,” tutur Ani.
Terkait upaya percepatan luas tambah tanam nasional, Ani menjelaskan pada pertengahan Agustus 2016, NTT berada di ranking 10 di nasional. Namun di akhir Agustus naik menjadi ranking delapan. Akan tetapi secara khusus pernah mencapai the best percepatan tanam yakni rangking satu pada 8 september 2016 dengan indikator realisasi luas tanam selama delapan hari di awal September mencapai 41,2 persen.
Pada kesempatan yang sama, Pagdam IX/Udayana, Mayjend TNI Kustanto Widiyatmoko menegaskan pencanangan tanam serempak ini saah satu tahapan untuk mewujudkan keberhasilan swasembada pangan. Untuk itu ia meminta peran serta aparat kewilayahan khususnya satuan di jajaran Kodam IX/Udayana agar intensif mengawal dan pendampingan kepada petani agar diperoleh produksi padi yang maksimal.
Dengan begitu, ke depan stok beras di NTT khususnya Sumba Timur dapat surplus dan mampu membantu kebutuhan di daerah lain dan perbatasan. "Jika ketahanan pangan masyarakat sudah terpenuhi, maka dengan sendirinya ketahanan wilayah dapat tercipta secara optimal,” tegas Kustanto.
Sementara itu, Bupati Sumba Timur, Gidion Wiliyora mengapresiasi adanya program cetak sawah dan percepatan tanam. Sebab, semestinya pada musim saat ini lahan pertanian Sumba Timur mengalami kendala dalam menanam padi.
“Tapi dengan program upaya khusus swasembada pangan, mampu menyiapkan lahan dan menggerakan petani untuk menanam padi. Ini upaya yang luar biasa sehingga masyarakat petani kami mendapat perbaikan ekonomi dan kehidupan yang lebih baik,” ucap Gidion. (SCI)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News