"Pembiayaan produktif kami saat ini sekitar Rp7 triliun, komposisinya untuk UMKM Rp4 triliun dan komersialnya Rp3 triliun. Pada 2016 ini, target pertumbuhan untuk komersial sekitar 12 persen sementara untuk UMKM 20 persen," kata Dhias, seperti dikutip dari Antara, di Jakarta, Sabtu (25/6/2016).
Terkait hal tersebut, pihaknya pun saat ini fokus menggarap Supply Chain Financing (SCF) dari nasabah-nasabah induk usaha, yaitu PT BNI Tbk. "Jadi, misalnya, kalau BNI induk prime customer-nya banyak bergerak di infrastruktur, maka kami juga mengerjakan turunannya di infrastruktur seperti konstruksi, perkebunan, dan perdagangan," tuturnya.
Selain itu, pihaknya tetap melakukan pembiayaan sektor-sektor biasa, dalam hal ini untuk pendidikan dan rumah sakit karena tujuan BNI Syariah tetap memberikan pembiayaan untuk kemaslahatan orang banyak.
Seperi diketahui, profitabilitas BNI Syariah pada triwulan I-2016 mencapai Rp75,18 miliar atau naik sebesar 64,62 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp45,67 miliar.
Pertumbuhan laba tersebut disokong oleh ekspansi pembiayaan yang didukung dengan kualitas permbiayaan yang terjaga serta rasio dana murah lebih baik dan di sisi lain operasional efisiensi juga terus membaik.
Kemudian, pertumbuhan aset BNI Syariah tumbuh sebesar 20,35 persen dari Maret 2015 sebesar Rp20,50 triliun menjadi Rp24,67 triliun. Pertumbuhan aset didorong oleh pertumbuhan pembiayaan sebesar 14,95 persen dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 20,07 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News